CANTIKA.COM, Jakarta - Varadisa Septi meraih medali emas dari nomor gulat gaya bebas putri 76 kg di PON Papua setelah mengalahkan wakil Jambi, Indri Sukmaningsih, dalam 30 detik di laga final yang berlangsung di GOR Futsal Dispora, Merauke, Minggu, 10 Oktober 2021.
Varadisa Septi mengalahkan Indri dengan teknik jatuhan, ketika bantingan agresifnya membuat lawannya terjatuh dan tak berkutik di atas matras di babak pertama.
Pegulat kelahiran 2 September 2002 itu mengaku sempat gugup dan tegang mengikuti pesta olahraga empat tahunan nasional untuk pertama kalinya.
Berbekal status juara Pra-PON 2019, perempuan asal Malang, Jawa Timur, itu berupaya menjaga momentum dan kerja keras latihannya selama ini menjadi medali emas pertamanya di PON.
"Saya latihan sudah mati-matian untuk PON ini," kata Varadisa ketika ditemui setelah pengalungan medali.
"Di Pra-PON saya dapat emas, saya tidak boleh lengah, PON ini juga harus dapat emas," kata Varadisa.
Vardisa menyabet emas di hari ketiga pertandingan gulat di PON. Pada hari ini, hanya ada satu kelas gulat yang digelar untuk menghormati kearifan lokal karena mayoritas warga Merauke melaksanakan ibadah di gereja.
Pegulat putri Jatim Varadisa (atas) berusaha mengunci pegulat putri Jambi Indri (bawah) saat bertanding pada final Gulat Gaya Bebas kelas 76 Kg PON Papua di Gor Futsal Dispora, Kabupaten Merauke, Papua, Ahad, 10 Oktober 2021. ANTARA/Galih Pradipta
Sebelumnya, Varadisa mengantisiaspi bertemu dengan pegulat Kalimantan Selatan, Natrusnicu Roxana Andrea, juara di PON 2016. Namun, atlet gulat asal Rumania yang dinaturalisasi itu tersingkir setelah dikalahkan Indri.
Roxana hanya bisa membawa pulang medali perunggu setelah memenangi perebutan posisi ketiga melawan wakil Jawa Barat, Yanti Hernanti, dengan angka mutlak.
Sebelumnya, pelatih kepala Jawa Timur, Rakhman, mengatakan pertarungan Varadisa melawan Roxana akan terasa seperti laga 'balas dendam'. Sebab, ketika keduanya berhadapan di final Pra-PON 2019, Roxana dipaksa menyerah setelah bertarung sengit dengan Varadisa.
"Vara sudah kami siapkan untuk itu sebenarnya, pola mainnya nanti dia harus bagaimana, kami sudah siapkan, tapi enggak tahunya dia (Roxana) malah kalah dari Jambi," kata Rakhman.
"Sehingga tadi sebelum final, sudah kami prediksi kalau melawan Jambi kami pasti menang," kata dia menambahkan.
Kendati menang mudah, Varadisa mengaku belum pernah mengenal gaya bermain pegulat Jambi yang baru kali ini menjadi lawannya.
"Mungkin karena ini baru pertama kali saya ketemu lawan yang ini, jadi saya tidak tahu mainnya. Strateginya sama-sama tidak tahu," kata Varadisa.
Seandainya di partai final dia bertemu dengan Roxana, Vara juga tak akan meremehkan lawan. Alasannya, di antara mereka, terdapat gap dua tahun sejak ia mengalahkan atlet Kalimantan Selatan itu hingga PON yang tertunda tahun ini.
"Mungkin peluangnya sama. Soalnya kami kan terakhir ketemu pada 2019, latihannya juga enggak tahu, jadi mungkin permainannya sudah berbeda."
Mempersiapkan PON pertamanya, Varadisa mengaku sangat terbantu dengan dukungan teman-teman, keluarga, pelatih dan bahkan tim psikolog yang disiapkan pelatih untuk membakar semangat atlet.
"Tim psikolog memberi motivasi, semangat biar kami tidak tegang juga, biar fresh kalau main. Saya sangat terbantu," tuturnya.
Varadisa mengenal gulat sejak duduk di masih belajar di Sekolah Dasar berkat kakak sepupunya, Mutiara Ayuningtias, yang juga ikut berlaga ke PON Papua. Setelah itu, dia berada di bawah Rakhman sejak kelas 2 SMP.
Pada 2018, Vara mengikuti kejuaraan internasional untuk pertama kali yaitu kejuaraan gulat khusus kadet dan yunior ASEAN X1/2018 yang berlangsung di Thailand. Dalam kejuaraan itu, ia turun di gaya bebas kelas 73 kg dan menyabet medali emas.
Kini, setelah menyabet medali emas di PON Papua, Varadisa Septi berambisi menembus pelatas untuk SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam, tahun depan.
Baca: Nurul Akmal Rebut Emas dan Pecahkan Rekor Nasional Angkat Besi di PON Papua
Rina Widiastuti | Antara