CANTIKA.COM, Jakarta -Siang masih belum sempurna ketika menjejak di plataran kawasan Sembungan, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta. Tak hanya terdapat pohon bambu, tetapi juga patung khas pemahat yang memberikan kesan liris. Sekilas dari depan seperti tak ada tanda pemukiman, siapa sangka begitu jalan menuju ke dalam terdapat coworking space yang dinamai Kopi Tempuran.
Seperti banyak diketahui, jika tren coworking space atau tempat kerja bersama mungkin sudah familiar, tetapi tidak semua mampu memanjakan mata seperti di Kopi Tempuran.
Coworking Space awalnya merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris, Coworking dan Space. Coworking (Co-working) sendiri memiliki makna sebagai pekerjaan yang dilakukan bersama-sama, baik oleh rekan tim satu perusahaan, atau di luar perusahaan.
Tampak depan area Kopi Tempuran di Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Kabupaten, Daerah Istimewa Yogyakarta/Foto: Doc. Tempuran
Lantas apa yang membedakan coworking space Kopi Tempuran selain kesan pertama yang begitu menarik? Founder Kopi Tempuran, Rifki Fauzi dengan ramah mengatakan memang sejak lama punya impian punya kantor di pinggir sungai. Kantor yang Rifki pimpin sendiri bergerak di bidang Advertising. Rasanya seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, karena ternyata Rifki berjodoh bisa membeli lahan berukuran 2000 meter persegi itu.
Plataran tersebut, lanjut Rifki, awalnya dibuka oleh Joko Pekik. Lalu masuk ke lahan belakang sini punya warga yang lain punya area ini sekitar 2000 meter persegi yang kemudian dijual
"Pas sekali momennya kami bisa membeli lahan ini. Awalnya kepikiran bisa nggak ya punya kantor di hutan dan di sisi sungai, bagaimana nanti akses masuknya. Sampai kemudian kepikiran kok agak egois ya kalau dipakai sendiri, lalu memutuskan untuk bikin konsep co-living agar bisa dipakai bersama," ucap Rifki saat ditemui Cantika di Kopi Tempuran, Kamis, 6 Januari 2022.
Salah satu fungsi co-working di Kopi Tempuran sebagai ruang meeting/Foto: Doc. Tempuran
Tak sekadar jadi tempat kerja untuk kantor sendiri, Rifki tak segan coba mengajak teman-teman satu circle dan etintas sama agar bisa sama-sama kolaborasi di Kopi Tempuran. Tak heran, maka terwujudlah spot menarik seperti coffee shop, tempat makan, tempat kerja, meeting atau workshop, dan homestay.
Rifki mengaku, terinspirasi konsep co-living justru dari Bali, Rumah Sanur. Mereka membangun co-living berbasis program terdiri dari ratusan jenis. Mulai dari musik, olahraga, yoga, diskusi, dan menjahit. "Tentu saja, itu akan menguntungkan dari segi bisnis, karena mereka juga menjual program bukan tempat. Saat ini mereka juga sudah mendapat kucuran dana dari pemerintah agar bisa mengembangkan konsep ramah difabel," imbuhnya.
Konsepnya unik dan inspiratif
Melihat bangunannya yang unik karena terdiri dari ragam bentuk geometri dan letaknya di tengah pertemuan dua sungai, membuat Kopi Tempuran terasa istimewa.
"Idenya, kalau bikin tempat kalau bisa menyatu dengan alam jangan sebaliknya, melawan. Lalu kalau bisa jangan menebang pohon, walau ada satu dua yang ditebang, tapi diganti tanam lagi dia area lain. Sementara untuk konsepnya segala elemen bentuk ada misal segitiga, jajaran genjang, lingkaran, kotak, seperti ingin melebur dalam segala jenis bentuk," tambahnya.
Bangunan Kopi Tempuran yang dominan kaca dan bentuk geometri/Foto: Tempuran
Sementara itu, secara filosofis pertemuan dua sungai yakni Gentong dan Gedog yang mengapit Kopi Tempuran juga memberi makna tersendiri. Bangunan ini berada pas di ujung pertemuan sungai Gentong dan Gedog lalu membentuk segitiga yang mengalir ke Sungai Progo.
"Mitos yang beredar sejak dulu ialah tempat membuang sekaligus mengambil sesuatu. Jika boleh dimaknai, tempat ini bisa jadi tempat fleksibel yang mempertemukan banyak entitas," ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada ini.
View Kopi Tempuran dari pinggir sungai/Foto: Doc. Tempuran
Terlebih masa pandemi mengubah pola kerja menjadi lebih sering di luar rumah, Rifki membayangkan Kopi Tempuran bisa menjadi tempat kerja baru yang tak hanya untuk kerja pribadi, tetapi juga mempertemukan banyak entitas agar tercipta program kolaborasi yang efeknya bisa semakin luas.
"Untuk saat ini sudah ada beberapa entitas seperti agency, digital marketing, animasi, startup yang dibagi menjadi dua member yakni
warga dan non-warga. Punya kantor dan kerja di sini atau sewa tempat kerja disebut warga yang bisa memilih member harian atau bulanan dengan benefit mengakses semua fasilitas. Kalau non-warga pengunjung biasa yang hanya ingin ngopi atau menikmati ambience," terangnya.
Salah satu pengunjung saat berada di area lantai 2 Kopi Tempuran/Foto: Cantika
"Ke depan harapannya tempat ini bisa dipakai untuk acara-acara yang satu visi misalnya workshop dan seni. Bisa menciptakan ekosistem yang beririsan dan kesatuan dalam berbagai project. Mudahnya ini tempat kerja yang ada coffee shop-nya bukan coffee shop yang ada kantornya."
Menikmati hidangan di Kopi Tempuran
Ada menu beverage apa saja di Kopi Tempuran? Tersedia pilihan untuk memesan minuman di Kopi Tempuran.Mulai dari kopi seperti Espresso, Cappuccino, Latte, Americano, Hazelnut latte, Caramel latte, Vanila latte, Affogato, dan Es Susu Berkopi. Aneka Manual Brewing, seperti Toraja Sapan, Brazil Cerrado, Kenya AB Tamu, Uganda AA Bugisu, dan Panama La Esmeralda.
Salah satu pengunjung menikmati affogato di space pinggir kali Kopi Tempuran/Foto: Cantika
Jika kamu tidak menyukai kopi, kamu bisa menikmati minuman lain yang ditawarkan, seperti Chocolate, Greentea latte, Red velvet, Taro, Lychee Tea, dan Poci Tempuran. Semua menu ini di banderol mulai dari Rp10.000 hingga Rp70.000. Sayangnya belum ada menu camilan berat seperti pisang goreng, mendoan, dan singkong goreng. Saat Cantika ke sana hanya tersedia aneka roti kering seperti bagelen di spot depan Kopi Tempuran. Namun, kamu tetap bisa menikmati hidangan santap siang dengan menu nasi goreng tuna atau bakmi goreng Jawa.
Tunggu apa lagi, bagi kamu yang kebetulan sedang berada di Yogyakarta, sebaiknya disempatkan untuk mengunjungi Kopi Tempuran yang bertempat tidak jauh dari kota Yogyakarta. Coworking yang berlokasi di Jalan Plataran, No. 9, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul ini menyuguhkan keheningan suasana alam yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menenangkan hati. Lokasinya berada di sekitar permukiman warga, sehingga Kopi Tempuran hanya buka mulai pukul 09.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Mi Goreng Jawa, salah satu menu di Kopi Tempuran/Foto: Doc. Tempuran
Rute menuju Kopi Tempuran relatif mudah diakses, termasuk pakai layanan transportasi online. Kamu bisa berangkat dari Malioboro yang berjarak sekitar 7,3 Km. Jalan menuju Kopi Tempuran bisa diawali dari Titik Nol Kilometer menuju Jalan KH. Ahmad Dahlan lurus ke arah barat sampai perempatan Wirobrajan, kemudian belok kiri ke Jalan Kapten Piere Tendean lurus ke arah selatan sampai Jalan Bugisan. Selanjutnya di perempatan Ringroad Selatan di Kelurahan Tritonirmolo, ambil Jalan Padokan ke Jalan Kembaran, lalu belok kiri ke Jalan Plataran.
Baca: Tak Bisa Lepas dari Kopi, Isyana Sarasvati Minum Setiap Pagi