CANTIKA.COM, Jakarta - Penerapan gaya hidup sehat menjadi bagian penting demi mencegah seseorang terkena kanker sehingga ini perlu dikampanyekan lebih sering. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Evlina Suzanna.
Dokter yang aktif di International Cancer Center Rumah Sakit Dharmais itu mengatakan, upaya yang bisa terapkan sebagai gaya hidup antara lain memeriksa kesehatan berkala, mengenyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, melakukan diet seimbang, beristirahat cukup dan mengelola stres.
Memeriksa kesehatan berkala, dalam konteks penyakit kanker salah satunya bisa dalam bentuk skrining atau upaya menemukan suatu penyakit sebelum menjadi kanker. Pemeriksaan ini disarankan untuk mereka yang belum bergejala namun memiliki risiko tinggi terkena kanker. Sementara pada mereka dengan faktor risiko dan sudah bergejala, disarankan melakukan deteksi dini.
Pada kasus pencegahan kanker paru, skrining dilakukan dengan CT-scan low dose setidaknya setiap dua tahun sekali pada orang berusia di atas 45 tahun dan termasuk perokok aktif serta pasif, berusia 40 tahun dengan riwayat kanker paru di keluarga serta bekerja di sektor bangunan semisal pekerja bangunan.
Sementara pada jenis kanker lain, semisal serviks, skrining bisa dilakukan melalui pap smear khusus pada wanita yang sudah aktif melakukan hubungan seksual.
Baca Juga:
Tes ini, seperti dikutip dari Medical News Today, dapat mendeteksi sel-sel abnormal, human papillomavirus (HPV), dan kanker serviks sehingga memungkinkan dokter untuk memberikan perawatan dan rencana perawatan terbaik dan tepat. Pap smear seharusnya tidak menyakitkan, tetapi mungkin menyebabkan sedikit rasa tak nyaman di area panggul. Semakin seseorang rileks, maka semakin kecil kemungkinan ketidaknyamanan selama pemeriksaan.
Selain pap smear, skrining juga bisa melalui tes HPV dan melihat mulut rahim untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah, ungkap dokter spesialis kebidanan & kandungan konsultan onkologi ginekologi dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Bambang Dwipoyono, BD.Sp.OG, MS, MARS. Hanya saja, skrining belum dilakukan rutin sebagian perempuan. Menurut Bambang, temuan di lapangan menunjukkan sebanyak 50-60 persen dari total pasien kanker serviks justru tidak pernah dan jarang melakukan skrining.
Sementara pada perempuan yang belum aktif melakukan hubungan seksual, dia menyarankan segera mendapatkan vaksin HPV. Usia yang direkomendasikan yakni saat 10-14 tahun.
Selain itu, penting bagi mereka mendapatkan informasi mengenai faktor risiko kanker serviks seperti kebiasaan berganti-ganti pasangan dan merokok . "Kalau melakukan vaksinasi, skrining sekali seumur hidup, pasien diterapi dengan baik maka terjadi penurunan kanker serviks. Kalau 70 persen perempuan dilakukan skrining dan mengobati (bila ada kanker), maka bisa mengatasi kanker serviks, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," kata Bambang dalam sebuah webinar, belum lama ini.
Di sisi lain, upaya lain terkait gaya hidup cegah kanker yakni mengenyahkan asap rokok dan kebiasaan merokok yang menjadi faktor risiko utama kanker termasuk pada paru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, perokok berisiko 15-30 kali lebih mungkin terkena kanker paru-paru atau meninggal karena kanker paru-paru dibandingkan orang yang tidak merokok. Bahkan, merokok beberapa batang sehari atau merokok bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru.
"Enyahkan asap rokok, hati-hati kalau masuk dalam ruangan asap rokok atau bekas merokok, bukan saja pasif tetapi bekas-bekasnya ada. Jangan ada di lingkungan perokok atau polutan," kata Evlina.
Baca: Hari Kanker Sedunia, Sophia Latjuba Ingat Perjuangan Ayah