CANTIKA.COM, Jakarta - Catfishing yang dikenal juga sebagai penipuan identitas kini marak dilakukan di media sosial. Kemudahan teknologi membuat orang dengan mudahnya memalsukan identitas untuk kepentingan pribadi.
Catfishing merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan seseorang yang menggunakan informasi palsu untuk membuat identitas baru di media sosial. Pemalsuan identitas biasanya dimulai dengan mengambil dan menggunakan foto orang lain. Foto tersebut kemudian ditambah dengan data atau informasi hasil curian, untuk membuat orang lain percaya. Selain untuk melakukan penipuan, perilaku catfishing dilakukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain karena adanya rasa tidak percaya diri.
Kementerian Komunikasi dan Informatika pun mengungkapkan ciri-ciri perilaku catfishing melalui program "Obral Obrol literasi Digital: Mengenal Fenomena Penipuan Catfishing" yang disiarkan melalui Youtube pada 24 Februari 2022 lalu. Salah satu pembicara dalam acara tersebut, Pemeriksa Fakta MAFINDO Bentang Febrylian mengatakan bahwa terdapat karakteristik seseorang yang melakukan catfishing.
Yang paling utama yakni menolak melakukan video call, menghindari pertemuan tatap muka dan membatasi komunikasi hanya melalui chat dan voice call. Dari segi psikologi, pelaku catfishing biasanya memiliki kepribadian yang tidak percaya diri.
Perilaku tersebut juga muncul ketika seseorang ingin menutupi sesuatu dalam hidupnya. Pelaku catfishing juga biasanya akan mengungkapkan hal secara berlebihan agar dipandang sebagai orang yang menarik. Fenomena catfishing yang baru-baru ini menjadi perhatian publik yakni Simon Leviev dalam film The Tinder Swindler yang dirilis oleh Netflix. Simon melakukan pemalsuan identitas untuk meraup sejumlah keuntungan dengan memanfaatkan kepolosan orang lain.