Tips Edukasi Anak agar Terhindar dari Pelecehan Seksual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi pelecehan seksual pada anak perempuan. Shutterstock

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak perempuan. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Psikolog keluarga dan anak dari Lembaga Psikolog Terapan UI (LPTUI) Anna Surti Ariani mengingatkan bahwa edukasi pelecehan seksual bisa dilakukan sedini mungkin. Mereka Nina, sapaan Anna Surti membagikan tips edukasi anak agar terhindar dari kasus pelecehan seksual. 

"Pendidikan seksualitas pada anak memang harus dimulai dari usia dini. Dimulai dari usia 0-2 tahun. Kita sebagai orang tua harus menyampaikan dengan benar anggota- anggota tubuh anak sesuai dengan nama aslinya dan tidak memakai nama- nama kiasan. Jangan ajarkan 'burung', gunakan saja penis," kata Anna dalam acara bertajuk Sambut Hari Keluarga Nasional, Tokopedia Bagikan Tren Jual-Beli Online Produk Kebutuhan Ibu dan Anak serta Rumah Tangga pada Selasa 28 Juni 2022.

Dengan memberitahu nama asli dari anggota tubuh, anak nantinya dapat dengan mudah memberikan laporan kepada orang tua jika terjadi hal- hal yang tidak diinginkan. 

Setelah memasuki usia di atas dua tahun, ajarkan anak untuk bisa menghargai tubuhnya sendiri dimulai dari hal sederhana membiasakan anak mengganti baju di tempat yang tertutup. Biasanya para orang tua sangat terbiasa mengganti baju anak di tempat umum ketika liburan tiba. Misalnya saja anak baru selesai berenang di pantai, maka anak akan diminta buka baju yang bisa dilihat orang banyak. 

Sebaiknya orang tua membiasakan anak berganti baju di ruang tertutup, harapannya anak jadi bisa lebih menghargai tubuhnya. "Jadi ajari anak untuk menghargai tubuhnya dan salah satu caranya membiasakan diri ganti baju di tempat tertutup," ujar wanita yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Jakarta itu," katanya.

Selain itu, anak juga wajib diajarkan mengenai pemahaman sentuhan yang baik dan buruk. Berikan pemahaman kepada anak bahwa hanya orang tua atau pengasuh yang boleh memegang atau menyentuhnya itu pun hanya dalam kondisi pengasuh sedang meladeni anak. "Ajarkan anak juga untuk berani memberitahukan hal- hal yang tidak nyaman kepada orang tuanya. Orang tua pun harus membiasakan diri menerima laporan anaknya dan harus bisa menyamankan bagi anaknya," katanya.

Untuk membiasakan edukasi dan komunikasi terkait seksualitas, orang tua bisa menggunakan metode "Role Play" atau bermain peran sehingga anak mengerti dengan lebih mudah mengambil keputusan jika ada kondisi- kondisi yang tidak menguntungkan.

Misalnya orang tua bisa mengajak anak berperan jika tiba- tiba ada orang asing di tempat umum yang memegang badan anak maka anak harus melaporkan ke orang tua atau segera mencari pertolongan ke orang lain. Dengan demikian, anak bisa lebih memiliki proteksi diri dan mempunyai bekal untuk terhindar dari pelecehan seksual.

Baca: Imbas Pelecehan Seksual di Kereta Api, Ini Tindakan Tegas PT KAI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."