CANTIKA.COM, Jakarta - Pencabutan laporan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Lestiani atau yang akrab disapa Lesti Kejora terhadap suaminya, Rizky Billar, mengundang perhatian warganet. Hal ini bahkan dikaitkan dengan stockholm syndrome oleh warganet. Lalu apa stockholm syndrome itu?
Mengutip laman medicalnewstoday, sindrom stockholm merupakan respon psikologis yang sering dikaitkan dengan penculikan ataupun penyanderaan. Orang dengan sindrom stockholm biasanya membentuk hubungan psikologis dengan penculiknya, seperti mulai bersimpati dengan penculik tersebut.
Istilah ini dikenalkan oleh Kriminolog dan psikiater, Nils Bejerot pada tahun 1973 di Stockholm, Swedia, itulah mengapa dinamai stockholm syndrome. Nils Bejerot menciptakan istilah ini untuk menjelaskan akibat dari perampokan Bank di Stockholm.
Para pegawai bank ini tidak mau menjadi saksi atau perampokan yang mereka alami, justru mulai memiliki simpati, sehingga polisi menemukan kebuntuan dalam kasus ini. Bahkan, akhirnya para pegawai bank ini mengumpulkan uang untuk pembelaan para tersangka.
Contoh kasus Stockholm Syndrome terjadi pada Mary McElroy pada tahun 1933. Jauh sebelum istilah Stockholm syndrome ditemukan, tahun 1933, beberapa pria menculik seorang perempuan bernama Mary McElroy dan meminta tebusan sebanyak US$30.000. Meskipun Mary McElroy tidak menolak para penculiknya untuk diberi hukuman, tetapi dia kemudian bersimpati dan mengunjungi penculiknya yang ditahan di balik jeruji besi.
Orang yang memiliki sindrom Stockholm biasanya alami beberapa hal seperti:
1. Perasaan positif atau simpati terhadap para penculik atau pelaku kekerasan
2. Simpati untuk keyakinan dan perilaku penculiknya.
3. Perasaan negatif terhadap polisi atau figur otoritas lainnya.
4. Gejala lain mirip dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan seperti: Sering mengingat kejadian di masa lalu Merasa tidak percaya, kesal, gelisah atau cemas
5. Tidak dapat bersantai atau menikmati hal-hal yang sebelumnya dapat dinikmati atau disukai Kesulitan berkonsentrasi
Apa penyebab sindrom Stockholm?
Dilansir dari Clevelandclinic, para peneliti maupun kriminolog tidak dapat memperkirakan mengapa beberapa orang yang sedang terdesak justru bersimpati pada pelaku dan mengembangkan Stockholm syndrome.
Namun, para ahli mempercayai bahwa ada beberapa hal yang bisa menyebabkan Stockholm syndrome seperti:
1. Penculik yang memperlakukan korban dengan baik
2. Korban dan penculik mengalami interaksi atau tatap mata yang signifikan, sehingga ada ruang untuk saling menatap satu sama lain
3. Korban memiliki kepercayaan yang kurang terhadap penegak hukum dan memiliki rasa pesimis kasusnya akan diselesaikan dengan baik
4. Korban menilai polisi ataupun pihak lain tidak memiliki kepentingan untuk melakukan hal yang terbaik seperti yang mereka harapkan sebagai korban
Bagaimana gejala yang ditimbulkan oleh Stockholm syndrome?
Mengutip laman Medicalnewstoday, berikut ini gejala yang timbul ketika korban alami Stockholm syndrome:
1. Korban merasa pelaku berbaik hati atau timbulkan kasih sayang padanya
2. Korban punyai perasaan positif pada pelaku
3. Memiliki tujuan, pandangan ataupun ideologi yang sama dengan pelaku
4. Tidak ingin meninggalkan pelaku
5. Memiliki ketidakpercayaan terhadap polisi, keluarga, teman, atau siapapun yang mencoba memberi bantuan pada kasusnya
6. Menolak polisi ataupun aparat hukum untuk melanjutkan kasus
Baca: Waspada, Ini Sinyal Hubungan Asmara Kamu Dekat dengan KDRT
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika