CANTIKA.COM, Jakarta - Belakangan di media banyak beredar berita tentang kematian bayi-anak di Gambia Afrika yang diduga akibat mengonsumsi sirup parasetamol. Anak-anak tersebut meninggal dengan gejala gangguanginjal akut. Apakah paracetamol memang bisa menyebabkan gagal ginjal akut?
Menurut Dosen Fakultas Farmasi UGM Zullies Ikawati di laman Facebooknya menerangkan jika paracetamol atau nama lainnya asetaminofen adalah obat yang berefek menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Obat ini termasuk aman untuk berbagai keadaan, termasuk untuk anak-anak dan ibu hamil/menyusui, dan orang dengan gangguan lambung, sepanjang dipakai dalam dosis terapinya.
"Dosis terapi parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg-2 gram, bisa digunakan 3-4 kali sehari @500 mg (jika masih nyeri atau demam), dengan maksimal penggunaan 4 gram ( 8 x 500 mg). Dosis untuk anak menyesuaikan usia dan berat badan. Jika digunakan sesuai dosis, Insya Allah tidak ada efek samping, kecuali untuk mereka yang memang alergi atau hipersensitif terhadap parasetamol," terangnya seperti dikutip di laman Facebook, Rabu, 19 Oktober 2022.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu delapan jam atau kurang.
"Kejadian toksik pada hati (hepatotoksisitas) akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram. Secara mekanisme, toksisitas parasetamol lebih banyak terjadi pada liver/hati, bukan pada ginjal. Jarang sekali orang menggunakan dengan dosis sebesar ini," terang Ketua Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi UGM ini.
Mengapa sirup Parasetamol diberitakan bisa menyebabkan kematian anak di Gambia?
Perlu diketahui,untuk membuat suatu formula obat, tidak hanya zat aktifnya saja yang terkandung, tetapi juga ada senyawa tambahan lain. Parasetamol tidak larut dalam air (dan sirup menggunakan pembawa air), sehingga memerlukan bahan tambahan lain seperti propilen glikol, yang dapat mengandung etilen glikol/dietilen glikol untuk menambah kelarutan.
Kadar senyawa tambahan pada satu produk dengan produk lain bisa bervariasi antar pabrikan. Mungkin saja, menurut Zullies, sirup parasetamol yang beredar di Gambia mengandung kadar senyawa tambahan lain yang cukup besar yang dapat berbahaya. Informasi dari BPOM menyebutkan bahwa sirup parasetamol produk tersebut tidak beredar di Indonesia.
"Jadi, dugaan saya bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian. Berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat di Gambia tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut. WHO juga menyatakan zat-zat itu beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal," lanjut alumnus Ehime University School of Medicine, Japan ini
Efek racunnya dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian. Namun demikian sekali lagi, efek berbahaya itu dapat terjadi jika kadarnya berlebihan. Dan di Indonesia, keberadaan dietilen glikol maupun etilen glikol sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tidak ada masalah keamanan.
Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu investigasi lebih lanjut. Badan POM dapat bertindak proaktif utk melakukan sampling terhadap obat-obat yang beredar di Indonesia terkait dengan kemungkinan mengandung senyawa tersebut.
Bagaimana penggunaan parasetamol di Indonesia?
Sejauh pemantauan, penggunaan parasetamol di Indonesia masih aman, apalagi jika berasal dari industri farmasi besar yang quality controlnya sangat ketat. Jadi masyarakat tidak perlu kuatir dengan penggunaan parasetamol selama digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
"Apalagi umumnya pemakaian parasetamol hanya bila perlu saja dalam jangka relatif pendek. Jika ada gejala-gejala yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, segera konsultasi ke dokter atau apoteker untuk mendapatkan tindaklanjut yang sesuai," saran Zullies.
Baca: Paracetamol Diduga jadi Penyebab Gagal Ginjal Akut, Ini Respons IDAI
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika