CANTIKA.COM, Jakarta - Dunia sastra Indonesia berduka, sastrawan Remy Sylado meninggal pada usia 77 tahun, Senin, 12 Desember 2022. Kabar duka ini disampaikan langsung oleh rekan dekatnya, Boy Worang pada akun Facebook pribadinya. Boy mengabarkan bahwa Remy menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 10.25 WIB.
"Selamat Jalan Guruku, Sahabatku, Remy Sylado. Semoga engkau tenang di sisi Nya. Yapi P.A Tambayong, engkau selalu akan dikenang. Senin, tanggal 12 Desember 22, kurang lebih pukul 10.35, kita kehilangan seorang Maestro, Seniman besar," tulis Boy Worang.
Salah satu selebritas yang kehilangan ialah Lola Amaria, ia mengunggah pesan dukacita di laman storynya saat foto bersama mendiang Remy Sylado. Lola sendiri pernah memerankan sosok tokoh dalam salah satu novel karya Remy Sylado berjudul Cau bau kan.
Cau bau kan ialah sebuah cerita cinta yang menjembatani budaya Indonesia dan Cina. Sebuah kisah tentang pencarian kembali asal usul oleh Giok Lan (Niniek L. Karim), yang dipungut oleh sebuah keluarga Belanda di zaman kolonial. Pada usia senjanya ia kembali ke Indonesia untuk mencari tahu asal usul dan kebenaran latar belakang hidupnya. Film kemudian beralih ke masa lalu.
Ibu Giok Lan ternyata seorang ca bau kan (perempuan), seorang pribumi bernama Tinung (Lola Amaria) yang dikawin oleh Tan Peng Liang (Ferry Salim). Sebagian besar film lebih terpusat pada tokoh Tan Peng Liang, seorang Cina Semarang yang kemudian "menguasai" perdagangan di Jakarta dan juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Bernama lengkap Jadi Panda Abdiel Tambajong atau yang akrab dipanggil Remy Sylado lahir pada 12 Juli 1945 di Makassar. Dalam sesi wawancaranya bersama Tempo pada awal Desember 2012, Remy bercerita ide julukan nama ikoniknya itu bermula ketika semasa SMA di Semarang yang membentuk grup Remy Sylado Company.
Remy Sylado kadang cukup ditulis 23761. “Itu sebetulnya diambil dari chord pertama lirik lagu All My Loving milik The Beatles. Angka 23761 merupakan notasi re-mi-si-lado,” kata Remy dikutip dari Majalah Tempo Edisi 20 Januari 2013.
Sejak remaja usia 16 tahun, Remy sudah terpincut untuk menulis novel. Lulus SMA di Semarang, Remy berkuliah di Akademi Teater dan Seni Rupa di Solo. Karena sering menulis, dia lama-lama ditarik menjadi wartawan Harian Tempo pada 1966. Selama menjadi wartawan, Remy kerap memegang rubrik puisi dan apresiasi seni.
Hobi menulis terus berlanjut ketika Remy hijrah ke Bandung pada 1969. Dia semakin produktif menulis cerpen, puisi, naskah drama, novel, hingga syair lagu. Sekitar seribu puisi, 50 novel, 30 naskah drama, dan puluhan lagu telah ditulis oleh pria yang tinggal di Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Salah satu karya Remy yang paling fenomenal, yakni terkait gaya penulisan puisi bernama “Puisi Mbeling”. Dikutip dari situs Kemdikbud.go.id, Puisi Mbeling mulanya adalah nama kolom majalah yang khusus menampung sajak-sajak termasuk puisi Remy. Mbeling berasal dari bahasa Jawa yang berarti “nakal” atau “susah diatur”.
Tidak hanya itu, beberapa karya tulisan Remy juga pernah diangkat ke layar lebar. Misalnya novel berjudul “Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa” yang diangkat menjadi sebuah film Ca-bau-kan. Bahkan selain menulis, Remy diketahui pernah membintangi sejumlah judul film.
Atas dedikasinya sebagai seorang sastrawan sekaligus kesetiaannya menjaga ekologi, Remy mendapat Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun lalu. Penghargaan Akademi Jakarta mulai diberikan pada 1975 dan penerima pertamanya adalah W.S. Rendra. Di usianya yang ke-77 tahun, Remy Sylado menghembuskan napas terakhir dan namanya akan selalu dikenang sebagai maestro sastrawan Indonesia.
S. DIAN ANDRIYANTO
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika