CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu risiko penyakit yang meningkat di musim penghujan adalah demam berdarah dengue (DBD). Mengingat kala musim hujan seperti sekarang ini kelangsungan hidup nyamuk Aedes Aegypti akan lebih lama jika tingkat kelembapan tinggi. Maka dari itu, sama-sama kita lebih waspada, termasuk kemungkinan demam berdarah dengue pada anak.
Menurut dokter spesialis anak, konsultan infeksi dan penyakit tropis, Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, ada tiga faktor penyebab demam berdarah dengue (DBD) pada anak, yakni daya tahan tubuh, virus, dan lingkungan.
"Kaidah infeksi sampai terjadi penyakit itu karena ada gangguan keseimbangan antara daya tahan tubuh seseorang, jenis serta kepadatan virusnya, dan lingkungannya," kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu saat dihubungi Antara, Kamis, 23 Februari 2023.
Ia mengatakan bahwa ada empat jenis virus dengue, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan 3 yang biasanya menyebabkan DBD berat.
Sementara itu, faktor lingkungan yang dimaksud Hinky adalah lingkungan yang disukai oleh nyamuk aedes aegypti seperti kebun, genangan air jernih, dan baju yang digantung.
Gejala DBD pada Anak
Ketika nyamuk aedes aegypti betina menggigit, Hinky mengatakan sistem kekebalan tubuh akan melakukan reaksi kekebalan yang ditandai dengan demam tinggi secara mendadak.
"Demamnya tiba-tiba tinggi, dikasih obat paracetamol mungkin turun dalam empat jam lalu naik lagi. Kemudian anak jadi lemas, terlihat seperti sakit berat, tidur terus, enggak mau makan, enggak mau minum, muntah-muntah," jelas Hinky.
Ia menambahkan, anak juga bisa mengalami sakit otot, sakit sendi dan tulang, sakit kepala, hingga sakit belakang mata.
Baca juga: Kasus DBD Meningkat saat Musim Hujan, Yuk Berantas Sarang Nyamuk
Halaman