CANTIKA.COM, Jakarta - Kecemasan pasca melahirkan ini mengacu pada stres dan kekhawatiran yang sangat mengganggu. Setiap perempuan yang baru saja menjadi orang tua umunya mengalami kecemasan pasca melahirkan yang biasanya kita kenal debagai "baby blues" yang ditandai dengan perubahan suasana hati, menangis terus-menerus, dan kelelahan karena kurangnya tidur.
"Hal ini merupakan hal yang normal dan memang umumnya terjadi hingga 80 persen orang tua yang baru melahirkan mengalaminya, ungkap Dokter Eynav Accortt, direktur program psikologi reproduksi di Rumah Sakit Cedars-Sinai di Los Angeles.
Bagaimana caranya kita mengetahui bahwa hal tersebut merupakan kecemasan pasca melahirkan yang normal dialami oleh para orang tua baru atau bukan?
Nah, jika pikiran-pikiran yang mengganggu ini bertahan selama lebih dari dua minggu dan mulai menghalangimu untuk menjalani hidup secara normal, maka hal ini akan menjadi lebih mengkhawatirkan. Dr. Accortt memberikan sebuah contoh ia memberikan skenario hipotetis ini.
Bayangkan kamu adalah seorang ibu baru dan secara ajaib memiliki waktu luang di sore hari. Bayi kamu bersama seorang pengasuh atau kakek-nenek yang terbaik di dunia. Rumah itu bersih. Tidak ada yang harus kamu kerjakan. Kamu masuk ke kamar tidurmu yang rapi, di mana sepraimu bersih dan bantalmu yang tertata dengan rapih itu mengundangmu untuk tidur siang yang sangat dibutuhkan. Bisakah kamu tertidur?
"Ketika kamu bertanya pada perempuan dengan gangguan mood dan kecemasan pasca melahirkan, jawabannya hampir selalu tidak," ungkap Dr. Accortt. "Mereka akan melaporkan bahwa mereka tidak tenang, menangis dan khawatir. Ini adalah tentang kesemasan," Tambahnya.
Apa saja gejala kecemasan pasca melahirkan?
Kecemasan pasca persalinan ditandai dengan perubahan pada siklus tidur seseorang, terkadang mual atau perubahan nafsu makan, tetapi sebagian besar berupa pola kekhawatiran yang terus menerus terjadi. "Kamu tidak bisa berhenti memikirkan hal itu," kata Dr. Accortt.
Selama kehamilan terjadi, mungkin kamu terobsesi dengan janin atau hasil USG yang berikutnya hingga membuatmu tidak bisa tidur di malam hari. Setelah melahirkan, mungkin terlihat seperti kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan menyusui, kamu akan dengan cermat melacak setiap mililiter sampai-sampai tidak bisa fokus pada hal lain atau mengalami serangan panik.
Kecemasan pasca persalinan hampir serupa dengan depresi pasca persalinan, keduanya pun dapat terjadi secara bersamaan. Namun ada beberapa perbedaan utama dari gejala mentalnya dan juga fisik. Inilah salah satu alasan mengapa sangat penting untuk menemui penyedia atau spesialis kesehatan mental pre-natal, seperti psikiater atau psikolog reproduksi. Seseorang "yang dapat membantumu mengupas semua hal ini," kata Dr. Accortt.
Perlu diingat bahwa hanya karena kamu mengalami kecemasan pasca persalinan, bukan berarti kamu mengalami depresi pasca persalinan atau akan mengalami depresi pascapersalinan," jelas Dr. Accorrt.
Apa saja faktor risiko kecemasan pasca melahirkan?
Ketika dokter mempelajari lebih lanjut tentang suasana hati pasca persalinan dan gangguan kecemasan, semakin jelas bahwa ada faktor risiko biopsikososial, yang berarti kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial yang membuat orang tua berisiko. "Faktor risiko biologis dapat berupa komplikasi medis," kata Dr. Accortt.
Hal ini bisa terjadi sebelum kehamilan, seperti gangguan disforia pramenstruasi (PMDD), atau masalah yang muncul selama kehamilan, seperti preklamsia, yang membuat kehamilan menjadi lebih rumit. Faktor risiko biologis yang paling umum adalah riwayat kecemasan atau depresi pada diri sendiri atau keluarga sebelum kehamilan. Bahkan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mungkin ada komponen genetik meskipun kamu belum pernah mengalami gejala kecemasan sebelumnya.
Reproductive Immunology, mengamati perempuan selama dua hingga tiga tahun pasca melahirkan yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan depresi dan menemukan hasil yang terkait dengan gen yang serupa. Dengan penelitian lebih lanjut, dokter mungkin akan segera dapat mengembangkan tes skrining sederhana yang dapat menandai peningkatan risiko genetik untuk kecemasan pasca persalinan selama kehamilan atau bahkan sebelum pembuahan.
Adapun faktor risiko psikologis untuk kecemasan pasca melahirkan, yang utama yang harus diperhatikan adalah kecemasan selama kehamilan, kata Dr. Accortt "Mungkin kamu tidak pernah memiliki riwayat kecemasan, tetapi sekarang kamu mengalami banyak gejala," ungkapnya. Stres yang tinggi, kelahiran yang traumatis atau tinggal di NICU, misalnya, juga merupakan faktor risiko psikologis utama yang dapat memicu kecemasan pascapersalinan.
Berapa lama biasanya kecemasan pasca melahirkan berlangsung?
Tidak seperti "baby blues", kecemasan pasca persalinan tidak akan hilang dengan sendirinya. "Jika sudah lebih dari dua minggu pascapersalinan, itu bukan baby blues dan tidak akan hilang dengan sendirinya," ungkap Dr. Accorrt. Setelah mendapatkan intervensi (terapi, pengobatan, dukungan), berapa lama kecemasan pascapersalinan berlangsung dapat bervariasi dari orang ke orang, tergantung pada tingkat keparahan gejala dan kualitas perawatan. Inilah sebabnya mengapa berbicara dengan penyedia layanan kesehatan dan mendapatkan bantuan sesegera mungkin adalah kuncinya.
Seperti apa pengobatan untuk kecemasan pasca melahirkan?
Seperti halnya tantangan kesehatan lainnya, pengobatan yang ideal adalah pencegahan. Hal ini tentu saja tidak selalu memungkinkan, tetapi dengan memahami faktor risiko biopsikososial kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kemungkinan mengalami kecemasan pascapersalinan dan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan mentalmu sedini mungkin. Yang terpenting dari ini semua ialah mengenali dan menjelaskan perasaanmu itulah kuncinya. Bila merasa butuh didengar dan butuh pertolongan secara professional, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk ditangani lebih lanjut.
Pilihan Editor: 6 Makanan dan Minuman Pemicu Kecemasan yang Wajib Kamu Tahu
WIDYA FITRIANINGSIH
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika