CANTIKA.COM, Jakarta - Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. Tema peringatan setiap tahun pun berbeda. Di tahun ini, tema peringatan Hari Anak Nasional adalah Anak Terlindungi, Indonesia Maju. Dari tema besar tersebut terdapat lima sub-tema, salah satunya adalah wujudkan lingkungan yang aman untuk anak. Tujuannya membangun kepedulian dan kesadaran orang tua, pengasuh, guru, masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam upaya memenuhi hak dan mewujudkan perlindungan anak. Terkait soal hak dan perlindungan anak, menciptakan ruang aman bagi anak salah satu elemen penting dalam melindungi kesejahteran mental dan emosional si kecil.
Ruang aman adalah di mana mereka bisa terbuka dan berbagi rasa apa pun. Ketika anak-anak merasa tidak aman untuk terbuka kepada orang tuanya, atau orang tua mereka tidak berusaha untuk menjadi tempat yang aman, anak-anak belajar untuk memendam perasaan mereka alih-alih terbuka dalam hubungan yang aman.
Padahal, anak-anak bergantung pada orang tuanya untuk cinta dan dukungan, agar merasa aman. Ketika orang tua jauh, atau berurusan dengan penyakit mental, atau masalah lain, mereka biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan anak mereka. Ketika seorang anak tidak terpenuhi kebutuhan emosionalnya, perubahan perkembangan terjadi di dalam otak.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang anak tidak memiliki seseorang untuk terhubung atau kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi, mereka akan menjauh, ketika orang tua tidak ada untuk menanggapi, anak akan memutuskan hubungan sebagai sarana untuk mengatasi. Ini bisa berbahaya di tahun-tahun pembentukan otak masa kanak-kanak, dan perkembangan remaja.
Kemampuan Anda hadir untuk anak bisa mengurangi kemungkinan mereka akan mengembangkan masalah di kemudian hari. Kehadiran Anda juga dapat membantu mencegah beberapa jenis trauma masa kecil. Masalah orang dewasa seperti penyakit jantung, kanker, dan kecanduan telah dikaitkan dengan trauma masa kecil.
Cara Orang Tua menjadi Ruang Aman bagi Anak.
1. Tanggapi dengan Empati, bukan Kemarahan
Ketika Anda bereaksi berlebihan terhadap apa yang dikatakan anak-anak, maka dapat menimbulkan rasa takut pada mereka bahwa Anda akan selalu bereaksi seperti itu. Namun, saat Anda merespons dengan cinta, kasih sayang, dan empati, maka akan menunjukkan bahwa Anda peduli dan melindungi mereka.
Ketika anak-anak tahu mereka tidak akan berhadapan dengan kemarahan, melainkan dengan cinta, mereka akan lebih terbuka.
2. Ajukan Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan spesifik dan umum adalah cara yang bagus untuk memulai percakapan. Percakapan yang terbuka dan menyenangkan adalah cara yang bagus untuk menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka dapat berbicara dengan Anda dan Anda siap mendengarkannya.
"Ceritakan hal lucu yang terjadi hari ini." “Ceritakan bagian favoritmu di sekolah.” "Apakah kamu lebih suka bisa terbang atau tidak terlihat?" “Apa warna/permainan/tempat favoritmu?”
3. Berikan Kontrol dan Pilihan pada Anak
Biarkan anak-anak membuat banyak pilihan dalam memberi mereka latihan untuk menjadi dewasa dan memberi mereka kesempatan untuk mempelajari sebab dan akibat dari pengambilan keputusan.
Hal itu juga membuat anak-anak tahu bahwa Anda memercayai mereka dan kemampuan mereka untuk membuat pilihan bijak, atau belajar dari proses membuat pilihan yang menyedihkan.
Ketika Anda terus-menerus membuat keputusan untuk anak-anak atau memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, Anda tidak memberi mereka kesempatan untuk belajar. Ketika anak-anak memiliki masalah yang membutuhkan bantuan untuk dipecahkan, orang tua dapat mendampingi mereka melalui proses pengambilan keputusan.
Orang tua dapat berkonsultasi dengan mereka tentang opsi, tetapi tidak boleh memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan setiap saat.
4. Tahu Kapan Harus Menanggapi dan Mendengarkan
Ada kalanya orang tua ingin terlibat percakapan dengan anak-anak dan mencoba membuat mereka terbuka. Tapi ada kalanya Anda hanya ingin mendengarkan. Sebagai orang tua, sering ingin “memperbaiki” semuanya, tetapi ada kalanya anak-anak datang hanya untuk minta didengarkan, bukan untuk memperbaiki atau menanggapi. Terkadang seorang anak hanya menginginkan simpati atau pengertian, bukan solusi.
5. Akui Perasaan Anak
Orang tua, berhati-hatilah agar tidak mengesampingkan perasaan anak. Perasaan buruk dan sedih adalah bagian dari kehidupan dan orang tua ingin anak-anak dapat memberi nama pada perasaan itu dan belajar mengatasinya dengan cara yang sehat.
Anda tidak bisa memastikan anak-anak bahagia sepanjang waktu.
Semua perasaan harus diakui dan dipahami. Alih-alih, memberitahu perasaan mereka, hadir sebagai dukungan saat mereka mengatasi perasaan dan emosi, dan contohkan cara mengatasi stres atau kesedihan dengan cara yang sehat.
Baca juga: 5 Cara Menciptakan Ruang Aman bagi Anak di Rumah
Halaman