CANTIKA.COM, Jakarta - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association menemukan bahwa siklus menstruasi tidak teratur bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular. "Panjang atau pendeknya siklus menstruasi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan fibrilasi atrium, namun tidak dengan infark miokard, gagal jantung, atau stroke. Panjang siklus menstruasi yang pendek dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner dan infark miokard yang lebih besar," bunyi penelitian yang dipublikasikan di Mei 2023.
Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, 14 persen hingga 25 persen wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Artinya, populasi wanita reproduktif ini memiliki siklus yang lebih pendek atau lebih panjang, siklus yang lebih berat atau lebih ringan, dan menghadapi beberapa komplikasi seperti kram perut yang menyakitkan. Siklus menstruasi yang tidak teratur juga termasuk kasus anovulasi, artinya tidak terjadi ovulasi.
Sebaliknya, pada wanita sehat, siklus menstruasi normal berkisar antara 21 hingga 35 hari.
“Hormon ovarium berperan penting dalam kesehatan wanita selain regulasi reproduksi. Hormon estrogen memengaruhi sistem neuroendokrin, kerangka, adiposa, dan kardiovaskular,” jelas Dr. Jayashree Nagaraj Bhasgi, Ginekolog & Ahli Obstetri Senior, Rumah Sakit Fortis, Richmond Road, Bangalore, India, dikutip dari Times of India, Kamis, 31 Agustus 2023.
Perubahan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh juga mengganggu siklus menstruasi pada beberapa wanita dan hal ini berpotensi menjadi faktor risiko beberapa komplikasi yang berhubungan langsung dengan jantung. Berikut beberapa di antaranya.
1. Kolesterol Tinggi
Estrogen diketahui menurunkan kadar kolesterol karena membantu oksidasi lipid dibandingkan pengendapan. Efek perlindungan ini hilang selama masa transisi di mana siklus menstruasi tidak teratur dan juga selama menopause.
"Tanpa adanya estrogen, lipid cenderung tertimbun terutama pada pembuluh darah suatu kondisi yang disebut aterosklerosis- yang menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah. Terdapat peningkatan tujuh kali lipat pada sklerosis arteri koroner saat menopause," jelas Dr. Jayashree.
2. Obesitas dan Tekanan Darah Tinggi
Tingkat estrogen yang tidak normal juga memengaruhi tekanan darah dan obesitas pada individu. “Obesitas terlihat ketika terjadi penurunan kadar estrogen. Hal ini terkait dengan penurunan konsentrasi anti inflamasi dan antioksidan yang berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah,” jelasnya.
3. Risiko Diabetes Tipe 2
Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara diabetes tipe 2 dan menstruasi tidak teratur pada wanita.
“Terkadang wanita yang menstruasinya tidak teratur, seringkali memiliki kadar androgen yang tinggi, mengalami resistensi insulin, dan menderita PCOS atau PCOD,” kata Dr. Aruna Kalra- Direktur Obstetri & Ginekologi, Rumah Sakit CK Birla, Gurugram, India.
"Dan kita semua tahu bahwa PCOS atau Sindrom Penyakit Ovarium Polikistik adalah suatu sindrom di mana seorang anak perempuan bisa mengalami dislipidemia yang seperti kadar kolesterolnya tidak normal, kolesterolnya tinggi dan itulah sebabnya mereka lebih rentan terhadap penyakit jantung atau koroner,” Dr Kalra menambahkan. Hal ini menyoroti hubungan antara PCOS dan dua faktor risiko potensial penyakit jantung – diabetes dan kolesterol tinggi.
Sangat penting bagi seorang wanita untuk menjaga gaya hidup sehat dan berat badan ideal selama masa menstruasinya, terutama pada masa pramenopause untuk menunda timbulnya penyakit di tahun menopause dan untuk menikmati hidup yang berkualitas.
Pilihan Editor: Telat menstruasi Hingga 3 Bulan, Mungkin Anda Alami Ini
TIMES OF INDIA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika