CANTIKA.COM, Jakarta - Menjelang akhir tahun, belanja impulsif sering kali terjadi dipicu oleh perayaan hari raya dan penjualan akhir tahun dengan aroma diskon gede. Konsumen sering kali terlena pada diskon besar-besaran. Mereka gemar membeli hadiah, dekorasi, atau barang tanpa perencanaan yang matang.
Meskipun pembelian impulsif ini dapat menambah kegembiraan, hal ini juga dapat menyebabkan tekanan finansial pasca-iburan. pembelian impulsif meningkat selama musim liburan, hal ini tidak hanya terjadi pada musim liburan saja.
Dikutip dari Psychology Today studi terbaru menunjukkan bahwa rata-rata konsumen AS melakukan 2 hingga 3 pembelian impulsif per minggu, senilai $5.400 per tahun. Keputusan-keputusan ini sering kali menimbulkan utang kredit, yang merupakan masalah besar bagi banyak keluarga Amerika
Melansir dari sumber yang sama, pembelian impulsif terjadi akibat adanya dorongan membeli yang tiba-tiba dan tidak dapat ditahan. Ini melibatkan serangkaian tahapan. Ialah anteseden, pemicu tindakan pembelian, dan pasca pembelian.
Anteseden membentuk kecenderungan seseorang terhadap perilaku impulsif. Pemicunya mencakup kedekatan temporal dan isyarat eksternal. Tindakan membeli melibatkan pemrosesan informasi yang mengarah pada reaksi dan emosional. Pasca pembelian, individu mungkin mengalami penyesalan, rasa bersalah, atau kepuasan, yang memperkuat kemungkinan pembelian impulsif di masa depan.
Ciri-ciri pembelian impulsif bervariasi antar individu. Pembeli impulsif mencari hal baru. Tujuan belanja untuk meningkatkan suasana hati dan mendapatkan dukungan melalui interaksi sosial.
Kontrol diri sangat penting dalam mengelola pembelian impulsif. Namun disfungsi dapat terjadi ketika kepuasan jangka pendek mengesampingkan tujuan jangka panjang. Lingkungan belanja, baik fisik maupun online, berperan dalam mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, menciptakan pengaruh positif atau negatif.
Meskipun individu dengan pendapatan rendah, bukan berarti tidak mungkin melakukan pembelian impulsif. Berbelanja dengan teman sebaya dapat meningkatkan pembelian impulsif, sementara keluarga cenderung menurunkan keinginan tersebut. Faktor sosial, termasuk periklanan dan kemudahan kredit, berkontribusi terhadap perilaku belanja impulsif, khususnya di momen akhir tahun.
Pilihan Editor: 5 Tips Cegah Belanja Impulsif, Termasuk Jangan Belanja Saat Lapar
NOVITA ANDRIAN | DWI ARJANTO
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika