CANTIKA.COM, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menekankan pentingnya investasi dalam perlindungan hak perempuan dan anak perempuan bebas dari kekerasan untuk masa depan yang lebih baik. “Kampanye ini bukan hanya peringatan, tetapi juga sebuah panggilan untuk bersama-sama mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di seluruh lapisan masyarakat,” katanya pada acara "UNiTE: Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap perempuan" di MBloc, Jakarta, hari ini 10 Desember 2023.
UNiTE adalah acara kolaborasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan IFI dalam memperingati Hari Hak Asasi Manusia. Acara ini, menandai hari terakhir dari kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang bertujuan untuk menggalang aksi demi masa depan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak perempuan.
Acara "UNiTE" diselenggarakan bersama oleh Kedutaan Besar Prancis, Institut Français Indonesia (IFI), PBB di Indonesia - Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Dana Kependudukan PBB (UNFPA), dan Program Pembangunan PBB (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan dan Yayasan Pulih.
Festival musik dan seni ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian, khususnya di kalangan pemuda untuk bersuara dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, serta memperkuat solidaritas terhadap korban dan penyintas kekerasan, serta mendorong upaya kolaboratif untuk mengatasi isu ini.
Dalam pidato utamanya, UN Women Representative and Liaison to ASEAN, Jamshed M. Kazi, menyoroti pentingnya acara ini untuk menekankan pesan bahwa tidak ada alasan untuk kekerasan berbasis gender. "Kekerasan terhadap perempuan harus dan bisa dicegah, kecuali kita memilih untuk diam. Mengubah norma sosial yang berbahaya dan mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan adalah langkah penting menuju dunia yang lebih aman bagi semua orang," katanya.
Data dari WHO mengungkapkan bahwa satu dari tiga perempuan dan anak perempuan secara global mengalami kekerasan setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menekankan perlunya tindakan berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut oleh UNODC dan UN Women menunjukkan bahwa 55 persen dari semua pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan intim, fakta mengerikan yang menekankan urgensi masalah ini.
Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan telah mengalami peningkatan dramatis, naik dari 216.156 pada tahun 2012 menjadi 457.895 pada tahun 2022. Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani mengatakan, ”Peningkatan angka pelaporan bisa jadi adalah indikasi meningkatnya kepercayaan diri dan akses korban untuk melapor. Karena itu, jangan sia-siakan kepercayaan korban. Mari gerak bersama kita pastikan korban dapat menikmati haknya, dan menjadikan pengalaman korban sebagai pembelajaran untuk meneguhkan upaya mencegah kejadian serupa berulang.”
Acara ini menampilkan pertunjukan musik dari Danilla Riyadi dan Hippotopia. Selain itu, acara UNiTE tahun ini membuka pendaftaran untuk “Panggung Terbuka” atau “Open Stage”. “Panggung Terbuka” mengajak mahasiswa yang tertarik pada isu kesetaraan gender untuk mengirimkan video pertunjukan musik dan seni yang mempromosikan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan serta pemberdayaan. Dari lebih dari 30 pendaftar, lima penampil dari universitas di Jakarta, Jayapura, Mataram, dan Surabaya terpilih untuk menampilkan musik, puisi, tarian, dan pertunjukan teater mereka, serta menunjukkan keterampilan artistik sambil berkampanye untuk perubahan sosial. “Musik dan seni adalah media yang kuat, dan pesan mereka untuk memberantas kekerasan sangat berdampak,” kata Danila Riyadi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia terus membangun kemitraan yang kuat dengan lembaga pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan influencer untuk mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan. Partisipasi Ayu Saraswati, UNFPA Champion, menekankan upaya advokasi berkelanjutan yang diperlukan untuk tujuan ini.
“Kita harus mengakhiri budaya permisif yang menormalisasi kekerasan terhadap perempuan. Setiap dari kita memainkan peran penting dalam mengeliminasi kekerasan terhadap perempuan. Kita harus terus mendorong perubahan di semua tingkatan,” kata UNFPA Champion, Ayu Saraswati.
Konselor Kerja Sama & Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis/Direktur IFI, Jules Irrmann menyorot kolaborasi kolektif untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan. "Ini adalah prioritas bagi Prancis, ini adalah masalah dunia, ini adalah perjuangan kita. Kita harus bertindak bersama: katakan tidak pada segala bentuk kekerasan, stop normalisasi kekerasan, dan pecahkan keheningan. Kita harus bersuara dan mendukung korban," katanya.
Pilihan Editor: Hari Anak Perempuan Internasional, Perhatikan Hak dan Mulai Saling Mendukung
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika