CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam ulasan Relationship kali ini, kita mengenal istilah dan ciri pola asuh harimau alias tiger parenting. Istilah tiger parenting pertama kali dipopulerkan oleh penulis sekaligus profesor hukum di Yale Law School, Amy Chua lebih dari 10 tahun lalu.
Dalam bukunya berjudul Battle Hymn of the Tiger Mom, Chua menuliskan pola pengasuhan yang ketat dari kacamata tiger parenting.
Dia sengaja menulis buku itu untuk membagikan pengalamann dia menerapkan tiger parenting kepada dua putrinya. Dia merinci cara ketat dalam pengasuhan, bidang akademik dan ekstrakurikuler, serta prestasi yang wajib dicapai anak-anak.
Apa Itu Tiger Parenting?
Meskipun Chua yang mempopulerkan tiger parenting, dia bukanlah penemu pola asuh yang mirip dengan gaya pengasuhan otoriter itu. Diyakini tiger parenting sudah ada selama beberapa puluh tahun silam. Hal itu juga tergambar dalam buku Chua yang menyebut gaya pengasuhannya terinspirasi oleh kebajikan dan filosofi Konfusianisme, yang menekankan etika dan moralitas pribadi yang kuat. Bukunya juga membandingkan pendekatan tradisional Tiongkok dan Barat dalam mengasuh anak.
Menurut Alisa Ruby Bash, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi di Amerika, tiger parenting mengacu pada gaya pengasuhan yang ditandai dengan disiplin yang ketat, ekspektasi yang tinggi, dan fokus yang intens pada pencapaian akademik dan ekstrakurikuler.
“Orang tua yang menerapkan tiger parenting biasanya mendorong anak-anak mereka untuk berprestasi secara akademis dan sering kali menuntut kesempurnaan dalam berbagai aspek kehidupan mereka," jelasnya dikutip dari PopSugar, 19 Januari 2024.
Tiger parenting memberikan banyak tuntutan pada anak dan ada banyak arahan orang tua, menurut Robert Keder, dokter anak yang berspesialisasi dalam perilaku perkembangan di Connecticut Children's Medical Center, Amerika. Artinya, orang tualah yang mengambil keputusan dan anak-anak harus mengikuti aturan mereka atau menghadapi hukuman.
Ciri-ciri Tiger Parenting
Berikut beberapa ciri-ciri tiger parenting, menurut para ahli:
1. Harapan akademis yang tinggi
“Orang tua yang menerapkan tiger parenting menetapkan standar akademik yang sangat tinggi untuk anak-anak mereka, mengharapkan mereka berprestasi di sekolah dan mencapai nilai tertinggi,” kata Dr. Bash.
2. Jadwal yang padat
Anak-anak yang diasuh dengan tiger parenting biasanya memiliki jadwal yang sangat ketat yang mencakup waktu belajar dan kegiatan ekstrakurikuler yang banyak. Mereka juga punya sedikit ruang untuk bermain bebas, interaksi sosial, atau bersantai, menurut Dr. Bash.
3. Aturan Ketat
Tiger parenting menerapkan peraturan dan disiplin yang ketat, dengan sedikit toleransi terhadap ketidaktaatan atau alasan, menurut dr. Bash. Dan, biasanya disertai dengan tindakan disipliner fisik atau emosional.
4. Fokus pada Keterampilan Tertentu
"Orang tua yang menerapkan tiger parenting biasanya mengharuskan anaknya menguasai keterampilan tertentu, seperti alat musik atau olahraga. Induk harimau menginvestasikan banyak waktu dan sumber daya untuk melakukan hal ini, kata dr. Bash.
Kelebihan dan Kekurangan Tiger Parenting
Menurut Gina Song, dokter anak di Northwestern Medicine Delnor Hospital, Amerika, anak-anak yang diasuh dalam tiger parenting cenderung disiplin dan mengembangkan tujuan dan etos kerja yang kuat. Anak-anak ini sering kali tumbuh dengan penguasaan suatu keahlian atau keterampilan dan unggul dalam karier mereka, katanya.
Meskipun tiger parenting dapat menghasilkan anak-anak yang sukses, pola asuh ini memiliki banyak kelemahan. “Ada orang tua macan yang memiliki niat baik, namun anak-anak mereka mungkin lebih cemas. Gaya pengasuhan seperti ini mungkin bukan yang paling cocok untuk mereka,” kata dr. Keder.
Mengasuh anak dengan pola harimau juga dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi pada anak-anak, yang mungkin memiliki implikasi kesehatan mental jangka panjang, dr. Bash mengingatkan.
“Anak-anak ini sering mengalami trauma dan pelecehan jika mereka tidak menaati tuntutan orang tua mereka,” katanya.
Anak-anak yang dibesarkan dalam tiger parenting cenderung memiliki perkembangan sosial yang terbatas, menurut dr. Bash.
“Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini mungkin memiliki kesempatan terbatas untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berteman, karena jadwal mereka sering kali didominasi oleh aktivitas akademis dan terstruktur,” katanya.
Pola asuh macan juga dapat merenggangkan hubungan antara orang tua dan anak, kata Dr. Song. “Anak-anak mungkin menganggap pola asuh yang ketat dan hubungan mereka dengan orang tua sebagai sesuatu yang tidak baik,” katanya.
Beberapa anak bahkan mungkin memberontak atau hanya mengikuti aturan yang ditetapkan ketika orang tuanya ada, kata dr. Keder. “Terkadang kehadiran orang tua membuat perilaku tersebut tetap ada, namun ketika orang tua tidak ada, perilaku tersebut juga tidak selalu ada,” ujarnya.
Ketika memilih gaya pengasuhan, dokter menyarankan untuk mengingat kebutuhan anak dan keluarga Anda. “Memahami kebutuhan anak Anda pada setiap tahap pertumbuhan dan mencari tahu apa yang Anda ingin mereka pelajari dapat membantu dalam mengasuh anak Anda,” kata d. Song.
Orang tua harus ingat bahwa anak-anak mereka bukanlah milik atau eksperimen mereka, namun individu yang berhak memenuhi potensi mereka dan mengetahui siapa diri mereka sama.
Pilihan Editor: 6 Tipe Pola Asuh Menurut Psikolog
POPSUGAR
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika