CANTIKA.COM, Jakarta - Seperti pebisnis lainnya, CEO Siloam Hospitals Group Caroline Riady menghadapi beragam tantangan dalam mengelola bisnis rumah sakit. Salah satunya adalah bagaimana menerapkan perkembangan digital yang cepat terhadap layanan kesehatan. Dia menyadari betul teknologi bisa membuat pelayanan lebih mudah bagi tenaga kesehatan dan pasien, tapi ada hal mendasar yang tak bisa tergantikan dalam merawat pasien.
"(sebelum masa pandemi Covid-19) Sering banget ditanyakan bagaimana Siloam merespons distrupsi digital terhadap pelayanan kesehatan. Apakah kita akan membangun teknologi sendiri, mengadopsi, atau kita akan menjadi digital health company atau punya platform sendiri," kata Caroline Riady dalam CEO Forum yang diselenggarakan Sysmex Indonesia di Jakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
Setiap kali membutuhkan masukan, salah satu langkah Caroline adalah menghimpun pandangan dari sejumlah ahli atau orang yang lebih berpengalaman darinya. Dan, sang kakek yang juga pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, berada dalam urutan teratas untuk ditanyai.
"Jadi, kalau yang udah susah-susah, biasanya saya berguru. Bergurunya ke siapa? Kali ini saya berguru ke akong (kakek) saya, pak Mochtar yang adalah seorang yang sangat cerdas dalam melihat tren dan sudah melihat perubahan tren dari satu industri ke industri lain,"ucapnya.
" 'akong gimana kita merespons ini, apa yang akan terjadi, apa yang harus kita lakukan'. Lalu, beliau mengatakan seperti ini, 'Carol, coba dilihat OVO menurut Carol suksesnya ini, yang pertama lebih penting kita punya penjual atau pembeli?'. Saya bilang 'lebih penting pembeli, kalau enggak uangnya dari mana'," kata Caroline.
"(Mochtar Riady menjawab) 'You salah, OVO suksesnya karena ada penjual, ada merchant. Selalu seperti itu, yang punya barang akan menang. Sama seperti healthcare, yang menang adalah orang-orang yang punya konten'," ucap perempuan yang pernah menjadi guru di Lincoln Elementary School District 200 di Wheaton, Illinois, Amerika Serikat.
Caroline Riady, CEO Siloam Hospital Group dalam acara CEO Forum di Raffles Hotel, Jakarta Selatan, pada Kamis, 16 Mei 2024. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri
Mochtar kemudian menjelaskan konten yang dimiliki Siloam adalah ribuan dokter spesialis. Dan, hal itu bekal dan modal utama dalam mempertahankan eksistensi bisnis rumah sakit.
" 'Kalau startup yang lain ga punya konten, jadi mereka akan kesulitan karena ga ada konten itu'. Oiya bener juga, ya. Dari situ saya lihat, rumah sakit tetap jadi core (bagian penting) untuk pelayanan kesehatan di tahun-tahun depan," katanya.
Dalam industri pelayanan kesehatan, lanjut Caroline, ada dua jenis pelakunya, yakni born physical seperti Siloam dan rumah sakit lainnya yang memiliki gedung, dan yang satu lagi born digital seperti Halodoc. Untuk sama-sama bergerak maju, keduanya harus bersinergi.
"Yang born physical, kita harus mengadopsi digital. Yang lahirnya digital, dia harus punya offline present. Jadi, akan terbentuk ekosistem dan tatanan baru, di mana stakeholders yang lain menyesuaikan. Jadi, dokter, pasien, regulator, semua akan harus beradaptasi dengan tatanan ekosistem baru yang baru ini," kata Caroline Riady. Siloam Hospitals Group memulai proses digitalisasi di tahun 2016 silam.
Pilihan Editor: Mengulik Kelebihan dan Kelemahan Bisnis C2C
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika