Profil Kamila Andini, Salah Satu Duta FFI 2024 yang Kerap Menyuarakan Nasib Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Kamila Andini/Foto: Instagram/Kamila Andini

Kamila Andini/Foto: Instagram/Kamila Andini

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Komite Festival Fim Indonesia atau FFI 2024–2026 mengumumkan lima nama yang terpilih menjadi Duta FFI 2024. Mereka adalah Slamet Rahardjo Djarot, Dian Sastrowardoyo, Kamila Andini, Lutesha Sadhewa, dan Bryan Domani.

Kamila Andini merupakan sutradara perempuan yang sudah mendapatkan banyak penghargaan untuk berbagai karya filmnya. Film Rahasia Dibalik Cita Rasa (2002) menjadi debut penyutradaraannya. 

Kamila Andiri memenangkan Piala Citra 2011 kategori Cerita Asli Terbaik untuk film The Mirror Never Lies, yang juga mendapatkan penghargaan internasional seperti Festival Film Internasional Tokyo, Festival Film Internasional Hongkong, dan Festival Film Internasional Berlin. Kamila Andini mendapatkan nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2018 lewat film Sekala Niskala, dan masuk nominasi di banyak festival film internasional.

Duta Festival Film Indonesia atau FFI 2024: Kamila Andini, Lutesha Sadhewa, Dian Sastrowardoyo, Slamet Rahardjo Djarot, dan Bryan Domani. Dok. Festival Film Indonesia 2024

Fokus pada Peran Perempuan Sebagai Karakter Utama

Sutradara perempuan Indonesia ini dikenal dengan film-filmnya yang menjadikan perempuan sebagai karakter utama. Perempuan 36 tahun ini mengakui bahwa seluruh filmnya mewakili resentasi perempuan dari berbagai generasi.

"Karya-karya saya adalah karya personal, dengan saya menulis cerita pribadi dan menyutradarainya. Dan dalam setiap film saya, saya pasti selalu punya tokoh utama perempuan, baik itu perempuan remaja ataupun dewasa, seorang istri atau seorang ibu," kata Kamila Andini saat menjadi pembicara dalam acara Reflections of Me yang diadakan oleh Netflix pada Kamis, 16 Maret 2023.

Kamila Andini Kenali Diri Sendiri Lewat Karakter Perempuan dalam Filmnya

Lebih lanjut, Kamila Andini menjelaskan alasannya selalu menjadikan perempuan sebagai karakter utama dalam filmnya. Rupanya, ini adalah salah satu cara Kamila Andini untuk membantunya mengenali diri sendiri.

"Karena menurut saya, setiap dari mereka betul-betul mewakili diri saya. Pada saat saya membuat film, saya ingin melihat dan mengetahui siapa diri saya sebagai kreator dan individu, dan saya berusaha untuk menjawabnya pada saat saya membuat suatu film," kata putri dari sutradara, penulis skenario, dan produser film Garin Nugroho.

Kamila Andini/Foto: Instagram/Kamila Andini

Sederet film Kamila Andini dengan karakter utama perempuan yang kuat dan ikonik adalah Yuni (2021), Losmen Bu Broto (2021), dan Before, Now & Then atau Nana (2022). Film-filmnya tersebut bahkan sudah tembus festival film internasional dan mendapat penghargaan. Film terbarunya yang akan segera tayang di Netflix adalah Gadis Kretek, dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Putri Marino.

"Saya juga merasa bahwa setiap karakter-karakter tersebut, saya bisa melihat diri saya di situ dan saya ingin meletakkan ide-ide, pemikiran dalam film pada karakter mereka," katanya.

Kamila Andini Wakili Perasaan Perempuan

Dalam acara yang digelar untuk merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada Maret ini, Kamila Andini memiliki harapan besar khususnya sebagai perempuan. Dalam setiap karyanya, Kamila Andini selalu mencurahkan perasaannya dan ia ingin hal tersebut juga bisa mewakili para perempuan di luar sana.

"Setiap kali saya menciptakan film atau karakter, saya berharap bahwa apa yang saya pikirkan, apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan juga bisa mewakili perempuan-perempuan lain yang mungkin merasakan yang sama atau pun mengalami hal yang sama, berupaya untuk mencari visi dan misi yang sama," katanya.

Pilihan Editor: Mengenal 5 Duta FFI 2024, Kamila Andini hingga Lutesha

MARVELA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."