7 Masalah Karier Ini Kerap Dialami Mahasiswa yang Baru Lulus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita bekerja dalam kondisi cemas. Foto: Unsplash.com/Icons8 Team

Ilustrasi wanita bekerja dalam kondisi cemas. Foto: Unsplash.com/Icons8 Team

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bicara kesuksesan tidak lepas dari kemampuan dan perilaku setiap individu. Kemampuan yang mumpuni, jika tidak didukung perilaku yang baik ketika bekerja, akan menjadi ganjalan bagi kesuksesan. Begitu pula dengan masalah karier yang kerap dialami para lulusan baru khususnya dari perguruan tinggi. 

Tim Elmore—motivator masalah remaja dan parenting, penulis buku-buku laris, seperti Habitudes: Images that Form Leadership and Attitudes, Helping Kids Meet the Challenge of Becoming Authentic Adults, Nurturing the Leader Within Your Child, juga pendiri Growing Leaders, organisasi yang mendorong pemuda untuk menjadi calon pemimpin masa depan—mengamati adanya beberapa perilaku dan kebiasaan para pemuda yang baru memasuki dunia kerja, yang menghambat kesuksesan mereka kelak. 

Menurut pengamatan Elmore, para pekerja profesional muda di tahun pertama banyak menunjukkan gejala ketidaksiapan memasuki dunia kerja. Ketidaksiapan itu memunculkan banyaknya asumsi yang salah mengenai dunia kerja di mata mereka.

Setelah melakukan survei terhadap para pekerja yang baru menjalani tahun pertama, Elmore berkesimpulan ada tujuh kebiasaan dan perilaku negatif para pekerja usia muda yang menghambat kesuksesan mereka.

1. Tidak mau memulai dari bawah

Banyak orang yang merasa cocok untuk pekerjaan kelas atas karena memiliki pendidikan tinggi. Mereka merasa beberapa jenis pekerjaan tidak layak untuk mereka. Perilaku ini membuat mereka yang baru lulus memilih pekerjaan. Tingginya kriteria mereka akan pekerjaan yang layak terkadang menjadi bumerang. Alhasil, di tahun pertama setelah lulus, kebanyakan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari pekerjaan daripada bekerja.

2. Kurang sabar dan ulet

Para lulusan baru berasumsi, begitu berhasil mendapatkan pekerjaan pertama, mereka akan mendapatkan promosi jabatan setidaknya dalam enam bulan berikutnya. Mereka juga mengharapkan kenaikan gaji dan tunjangan lain di tahun yang sama tanpa banyak usaha. 

3. Bermasalah dengan otoritas

Mayoritas pekerja baru di tahun pertama mengaku menghadapi masalah dengan otoritas. Mereka mengalami kesulitan menjalani dan memahami kebijakan, peraturan, dan parameter kerja. Mereka merasa sistem itu sesuatu yang membingungkan. Kesulitan beradaptasi ini membuat mereka menjadi kutu loncat yang gemar bergonta-ganti pekerjaan.

4. Kurang inisiatif

Pekerja muda sering kali gagal mendemonstrasikan kemampuan mengambil risiko dan ada kekhawatiran melangkah keluar dan memimpin. Mereka terlalu pasif dan tidak berani mengambil inisiatif sehingga lambat meraih prestasi dan menjadi pusat perhatian di tempat kerja.

5. Etos kerja lemah

Para lulusan baru tidak memiliki keberanian klasik. Mereka lebih sering menunjukkan ketidakinginan menangani pekerjaan di luar deskripsi kerja dan melakukan apa pun demi menyelesaikan tugas. Sangat perhitungan ketika menyangkut urusan pekerjaan. Padahal ada kesempatan emas mempelajari kemampuan lain ketika mengerjakan hal baru. Seseorang yang luwes dan tidak pilih-pilih pekerjaan berpotensi memiliki kemampuan melakukan hal lebih banyak dibanding rekan-rekannya. 

6. Kurang bertanggung jawab

Kebanyakan pekerja baru tidak mampu atau tidak mau mengemban tanggung jawab atas sebuah pekerjaan. Seolah-olah mereka hanya ingin menyewa pekerjaan, bukan memiliki. Hal ini biasa dipicu pemikiran, seorang pegawai junior memiliki tanggung jawab berbeda, yang tentunya lebih sedikit dibanding pegawai senior.

7. Tidak punya kemampuan mengatasi konflik

Konflik dan dunia kerja tidak bisa dipisahkan. Di mana pun bekerja, pasti ada konflik yang menyertainya. Hanya saja jenis dan kadar keseriusan konfliknya mungkin berbeda. Para pekerja baru biasanya mengalami kegagalan dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik di tempat kerja. Mereka lebih memilih lari dari masalah daripada menyelesaikannya. Ujung-ujungnya, membuat surat pengunduran diri, lalu memulai dari awal di tempat yang baru. Pola ini akan terus berulang apabila tidak diatasi. 

Pilihan Editor:  Perjalanan Karier Gigi Hadid, Debut di New York Fashion Week pada 2014

YAYUK WIDIYARTI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."