Sering Curhat dengan Teman Bisa Membuatmu Nyaman dalam Pergaulan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi perempuan dan temannya. Foto: Freepik.com/Drobotdean

Ilustrasi perempuan dan temannya. Foto: Freepik.com/Drobotdean

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kita semua suka curhat dengan teman atau lingkaran pertemanan kita tentang hal-hal atau kenalan bersama lainnya yang mengganggu kita. Itu bisa berupa teman sekelas yang atau rekan kerja yang menyebalkan, teman, atau situasi di tempat kerja yang tidak dapat diperbaiki.

Namun, ritual curhat atau curahan hati ini memiliki tujuan yang lebih dalam dan lebih strategis daripada yang pernah kita sadari. Sebuah studi baru oleh psikolog UCLA menunjukkan bahwa curhat lebih dari sekadar pelepasan emosi. Itu adalah senjata rahasia yang membuat Anda lebih disukai di pergaulan dan lingkungan sosial Anda. Melampiaskan amarah mungkin merupakan strategi sosial yang sangat efektif

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Evolution and Human Behavior ini dilakukan oleh Dr Jaimie Krems, seorang profesor psikologi di UCLA, dan rekan-rekannya. Studi ini berfokus pada alasan melampiaskan amarah dan keuntungan sosial tersembunyi yang dapat diberikannya. 

Dr Krem berkata, “Sejak tahun 1950-an, kita tahu bahwa penjelasan katarsis Freudian untuk melampiaskan amarah itu salah. Melampiaskan amarah memang terasa menyenangkan, tetapi melampiaskan amarah tidak dapat diandalkan untuk meredakan amarah dan terkadang malah memperkuat amarah.”

Jadi, mengapa kita melampiaskan kekesalan? Menurut penelitian, jawabannya terletak pada cara halus yang dapat digunakan untuk memanipulasi dinamika sosial demi keuntungan kita. Ketika kita melampiaskan kekesalan terhadap satu teman kepada teman lainnya, secara tidak sadar kita membuat diri kita terlihat lebih baik dengan membandingkannya dan memperkuat ikatan kita dengan pendengar.

Tim menguji teori ini dengan melakukan eksperimen terhadap 1.700 peserta. Dalam skenario tersebut, peserta membaca cerita pendek di mana seorang teman (si pelampiasan) mengeluh tentang teman bersama lainnya (target) kepada teman ketiga (pendengar). Kemudian, mereka memantau bagaimana pandangan pendengar terhadap pelampiasan dan target terpengaruh.

Dalam berbagai eksperimen, penelitian menemukan bahwa curhat secara konsisten menyebabkan pendengar lebih menyukai si pelampiasan daripada si target. Orang yang curhat dipandang sama positifnya dengan mereka yang berbagi informasi netral atau membicarakan masalah mereka sendiri yang tidak terkait dengan target.

Dalam satu eksperimen, peserta yang mendengar seseorang curhat lebih bersedia mengalokasikan sumber daya yang berharga (dalam hal ini, tiket lotre) kepada si pelampiasan dengan mengorbankan target. Temuan tersebut membuktikan bahwa curhat merupakan strategi sosial yang efektif, tidak seperti kritik atau gosip. Ini karena "curhat memungkinkan kita mengomunikasikan informasi negatif tentang orang lain sambil tetap menjaga kesan tidak bersalah."

"Kami menguji pandangan aliansi baru tentang curhat - bahwa di bawah parameter tertentu, curhat dapat membuat orang yang kita curhat mendukung kita daripada orang yang kita curhatkan," jelas Dr. Krems. Ketika seseorang curhat, mereka mendapat manfaat karena membuat seseorang terlihat buruk tanpa dianggap agresif. Tentu saja, ini tidak berarti orang secara sadar melampiaskan kekesalan dengan tujuan manipulasi sosial.

Namun, curhat tidaklah sepenuhnya benar. Curhat dapat menjadi bumerang jika pendengar menganggap orang yang suka curhat memiliki niat agresif atau bersikap memusuhi target. Efektivitas curhat bergantung pada menemukan keseimbangan yang tepat antara mengekspresikan rasa frustrasi tanpa terlihat jahat.

"Orang-orang sangat kesepian saat ini, dan hal itu memberi tekanan yang lebih besar kepada kami sebagai peneliti untuk bersikap jujur ??tentang cara kerja persahabatan. Meskipun kami menginginkan persahabatan yang sempurna, terkadang persahabatan itu lebih seperti koala: menggemaskan tetapi juga ganas," Dr. Krems menyimpulkan.

Penelitian ini membuat kita memahami perilaku sosial manusia. Penelitian ini tidak menganggap curhat sebagai sekadar pelepasan emosi, melainkan strategi rumit yang kita gunakan untuk menjalani kehidupan sosial kita.

Pilihan Editor: Mau Curhat soal Suami, Apa yang Boleh dan Jangan Diceritakan

HINDUSTAN TIMES 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."