Thailand Membuka Pintu bagi Digital Nomad dengan Visa Khusus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Selain Bangkok, berikut ini beberapa destinasi wisata di Thailand yang wajib dikunjungi. Ada Chiang Mai, Phuket, hingga Khao Yai. Foto: Canva

Selain Bangkok, berikut ini beberapa destinasi wisata di Thailand yang wajib dikunjungi. Ada Chiang Mai, Phuket, hingga Khao Yai. Foto: Canva

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pejabat Thailand baru-baru ini meluncurkan program visa yang memungkinkan pekerja jarak jauh asing untuk tinggal di negara tersebut secara legal lebih lama, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi. Thailand memulai skema visa baru bulan lalu yang memungkinkan orang-orang yang biasanya datang sebagai turis untuk tinggal dan bekerja di negara tersebut.

Naruchai Ninnad, wakil direktur jenderal urusan konsuler Thailand, mengatakan kepada DW sekitar 1.200 visa DTV telah disetujui secara resmi dari 47 kedutaan dan konsulat. Ia menambahkan bahwa masih ada lebih dari 40 kedutaan dan konsulat yang belum memberikan jumlah visa DTV karena pemohonnya tidak tercatat melalui sistem e-Visa.

Bagaimana cara kerja pengajuan visa?

Untuk mengajukan visa DTV sebagai pekerja jarak jauh, pekerja lepas, atau digital nomad pemohon harus berusia minimal 20 tahun dan berasal dari salah satu dari 93 negara yang memenuhi syarat.

Dokumen yang diperlukan meliputi paspor atau dokumen perjalanan, lokasi pemohon saat ini, bukti stabilitas keuangan, bukti slip gaji dalam 6 bulan terakhir, kontrak kerja luar negeri, izin usaha pemberi kerja, dan portofolio profesional.

Pemohon juga dapat memperoleh visa jika mereka bergabung dengan kegiatan "soft power" Thailand termasuk tinju Muay Thai, memasak, dan kursus pendidikan jangka pendek. Biaya visa DTV adalah 10.000 baht Thailand ($291, €260). Pemohon harus dapat menunjukkan bukti dana yang setara dengan sekitar 500.000 baht ($14.500).

Thailand destinasi populer untuk pekerja lepas

Thailand telah lama menjadi destinasi yang diminati oleh wisatawan yang tinggal lama, tetapi negara tersebut memiliki masalah dengan pengunjung yang tidak memiliki visa atau izin kerja resmi.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wisatawan yang bekerja jarak jauh secara ilegal di negara tersebut, sehingga harus melakukan visa-run atau perpanjangan visa agar mereka dapat melanjutkan masa tinggal sementara mereka.

Dengan pengumuman DTV, beberapa pelamar telah menyatakan kekhawatiran tentang riwayat mereka yang pernah melebihi masa berlaku visa, karena beberapa situs web konsulat mengatakan hal ini dapat memengaruhi kelayakan mereka untuk program pekerja nomaden digital.

Di dalam Thailand, beberapa kritikus mengatakan visa terlalu mudah diperoleh dan dapat menarik terlalu banyak pekerja asing, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kenaikan harga sewa dan "overtourism."

Ninnad dari urusan konsuler Thailand menegaskan bahwa memperoleh visa baru tersebut serupa dengan prosedur yang ada.

"Tidak mudah, persyaratan visa sudah ada. Kedutaan dan konsulat sangat ketat dalam memberikan persetujuan. Kami tidak memiliki target untuk pemegang DTV. Sama seperti visa lainnya," katanya.

Penerapan DTV di Thailand muncul seiring dengan maraknya nomadisme digital di seluruh dunia yang didorong oleh teknologi yang memungkinkan kerja jarak jauh.

Lima tahun lalu, tidak ada negara yang memiliki skema visa nomad digital, hingga Estonia menjadi negara pertama yang melakukannya pada tahun 2020. Pandemi COVID menyebabkan peningkatan jumlah profesional yang beralih ke pekerjaan jarak jauh secara permanen.

Gary Bowerman, analis pariwisata yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan visa DTV Thailand ditujukan untuk meningkatkan ekonomi Thailand. "Langkah-langkah ini dirancang untuk menarik lebih banyak pengunjung yang akan tinggal lebih lama, bepergian lebih jauh, dan menghabiskan lebih banyak waktu di lokasi yang berbeda," katanya kepada DW.

Thailand juga baru-baru ini melonggarkan persyaratan visa bagi pengunjung dari 93 negara, termasuk Jerman, untuk memasuki negara tersebut selama 60 hari. Sebelumnya, warga negara dari puluhan negara diberi izin tinggal selama 30 hari, dan beberapa harus mengajukan visa sebelum kedatangan.

"Ini lebih tentang mendiversifikasi daya tarik negara dan membuat Thailand lebih mudah diakses oleh pengunjung yang tinggal lebih lama dan berpenghasilan tinggi, sambil mempertahankan daya tarik bagi pasar massal yang lebih luas," Bowerman menambahkan.

Mengikuti jejak negara-negara tetangga Thailand

Thailand saat ini sedang mengalami kemerosotan ekonomi, dan para pejabatnya berharap dapat meningkatkan pariwisata dengan lebih banyak kedatangan dari luar negeri. Pariwisata menyumbang 11,5% dari keseluruhan PDB negara itu pada tahun 2019 dengan rekor 39 juta pengunjung.

Thailand telah melihat 21 juta pengunjung datang ke negara itu pada tahun 2024 dan memperkirakan total 36 juta kedatangan pada akhir tahun. "[Visa DTV] akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Thailand dan tentu saja akan memengaruhi lebih banyak pengeluaran bagi wisatawan yang mengikuti kegiatan," kata Nithee Seeprae, wakil gubernur komunikasi pemasaran di biro pariwisata Thailand, kepada DW.

Thailand berada di bawah tekanan untuk tetap kompetitif dengan negara-negara tetangganya karena negara-negara lain di Asia Timur dan Tenggara baru-baru ini meluncurkan skema nomaden digital mereka sendiri. Ini termasuk Indonesia, Malaysia, dan Jepang, sementara Filipina juga berencana untuk mengumumkan program visa serupa.

Pilihan Editor:  Berlokasi di Thailand, Simak Keindahan Pulau-pulau di Film Mother of the Bride

HINDUSTAN TIMES 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."