Perjalanan Karier Jurnalistik Najwa Shihab, Pernah Magang di Divisi Berita TV Swasta

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Najwa Shihab/Foto: Instagram

Najwa Shihab/Foto: Instagram

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Najwa Shihab adalah salah satu jurnalis perempuan terpopuler di Indonesia. Nama dia kian melambung melalui program Mata Najwa. Najwa sendiri sebetulnya adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), namun kecintaan dia pada jurnalisme mendorong perempuan yang karib disapa Nana ini menyelam lebih dalam sebagai jurnalis yang vokal dalam menyuarakan ketidakadilan yang merugikan masyarakat Indonesia.  

Kariernya sebagai jurnalis bermula ketika dia masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Saat itu dia melakukan magang di divisi berita Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Sejak saat itu, Najwa jatuh hati dengan jurnalistik hingga setelah meraih gelar sarjana, ia memilih untuk melanjutkan karier di dunia jurnalistik.

Setahun pasca lulus dari Universitas Indonesia, Najwa memulai karier dengan bergabung di stasiun Metro TV yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media nasional milik politisi NasDem Surya Paloh.

Pada awal kariernya, putri Quraish Shihab ini menjadi reporter lapangan. Lambat laun karier Najwa terus melambung, setelah menjadi reporter lapangan, dia diangkat menjadi pembawa berita.

Beberapa berita yang pernah dibawakan oleh Najwa Shihab, seperti acara berita prime time, Suara Anda, sampai akhirnya Najwa dipercaya menjadi pembawa acara untuk sebuah program Mata Najwa yang diambil dari namanya sendiri. Mata Najwa merupakan sebuah program yang berisi tentang perbincangan dengan tokoh-tokoh tertentu.

Acara Mata Najwa juga terbilang sukses sebab Najwa memiliki kekhasannya tersendiri ketika memandu acara, misalnya rima-rima dalam pernyataan atau catatannya, hingga pertanyaan-pertanyaan tajam yang menguji logika.

Najwa juga diberi kepercayaan oleh Metro TV untuk meliput berita tsunami Aceh pada  2004. Selama meliput di Aceh, Najwa juga terbiasa 'tidur ayam'. Baru sebentar tidur, tiba-tiba semuanya berguncang karena gempa susulan. 

Awal kedatangannya ke Aceh, Najwa menyaksikan banyaknya tumpukan-tumpukan mayat yang belum terurus. Begitulah dia menjadi saksi atas ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi bencana alam yang besar itu.

Di Aceh, Najwa Shihab mengalami trauma. Dia tidak berani membuka telepon selulernya karena banjir pesan pendek dari warga yang meminta pertolongan. Teleponnya sampai rusak. Waktu itu, warga memanggilnya dengan sebutan "Mbak Metro". 

Liputan yang dilakukan oleh Najwa Shihab pasca tsunami Aceh itu kemudian mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat banyak. Bukan hanya itu, dari liputan yang dilakukannya membuat banyak masyarakat menjadi empati dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bencana alam yang memakan banyak korban jiwa tersebut.

Kerja kerasnya di Aceh membuat dia memperoleh penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, yakni Hari Pers Nasional Award dan Reporter Televisi Terbaik. Tapi, dia juga banyak mendapat kritikan tajam. Dia dianggap melanggar asas jurnalistik, ketika terlibat emosi dengan peristiwa yang dilaporkan. 

Penghargaan yang diperoleh Najwa Shihab bukan hanya dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), tetapi masih banyak penghargaan-penghargaan lainnya, baik itu untuk dirinya sendiri atau untuk acara Mata Najwa

Kemudian, pada 2017 Najwa Shihab berhenti dari Metro TV, dia bersama kedua temannya membuat sebuah perusahaan di bidang digital content dan nama perusahaan itu yakni PT Narasi Citra Sahwahita. Di awal-awal membangun perusahaan ini, Najwa sempat khawatir tidak bisa membayarkan gaji para karyawannya. Saat ini, PT Narasi Citra Sahwahita lebih dikenal dengan sebutan Narasi  TV.

Pilihan Editor: Alami Pelecehan Verbal dari Felixius Seda, Najwa Shihab: Lebih Sensitif Memilih Jokes

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI  | KORAN TEMPO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."