Perjalanan Bisnis Oemah Etnik, Bermula dari Keresahan Hati Sang Pendiri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Jenama batik Oemah Etnik. Foto: Instagram/@oemahetnik

Jenama batik Oemah Etnik. Foto: Instagram/@oemahetnik

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jenama fashion lokal, Oemah Etnik atau OE berdiri tahun 2013. Jenama yang fokus mengangkat keindahan busana dari kain batik dan tenun itu didirikan Rizki Triana semasa dia masih duduk di bangku kuliah semester 5. Berawal dari keresahan dia melihat para perajin yang sudah berusia sangat tua saat batik trip, mengunjungi kampung batik di Yogyakarta dan Solo.

"Ada keresahan dari hati saat melihat para perajin udah tua banget. Aku tanya kepada perajin 'kenapa tidak ada anak-anak yang ikut membatik, regenerasi atau kerja di pabrik. Ternyata di masa itu, industri tersebut dianggap tidak keren oleh anak muda," kata Rizki dalam acara Konferensi Pers dan Fashion Workshop Rayakan Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik di Jakarta pada Rabu, 2 Oktober 2024.

"Dari situ aku berkaca kenapa dianggapa gak keren. Oiya saat itu, para pemain batik di jakarta atau di kota-kota besar yang bagus seperti Iwan Tirta, Parang Kencana yang mana (harga) saat itu belum affordable (terjangkau) untuk anak muda," ucap Rizki.

Menurut Rizki, generasi muda perlu mengambil andil dalam melestarikan Wastra Nusantara termasuk batik.

Founder Oemah Etnik Rizki Triana. Foto: instagram/Rizki Triana

Tantangan Bisnis Oemah Etnik

Di awal merintis Oemah Etnk, Rizki mengatakan mengedukasi anak muda bangga berbatik kapan pun salah satu tantangannya.

"Dari awal kita dah tahu mau menyasar segmen muda. Kesulitan di awal mengedukasi anak muda bahwa batik bisa dipakai sehari-hari dan kasual. Akhirnya tahu rumusnya, yaitu dari visual bikin campaign seindah mungkin sehingga mereka tertarik pakai. Setelah itu baru mereka mau mencari tahu.  Itu tantangan dulu," ujar Rizki.

Kini tantangannya berkembang untuk membuat kegiatan atau produk yang belum ada di pasaran. Tujuannya untuk terus mencuri hati generasi muda yang sudah melek soal batik.

Setelah berhasil melewati berbagai tantangan, Oemah Etnik kini memberdayakan sekitar 50 karyawan dan menggandeng delapan rumah produksi di Pekalongan, Cirebon, dan Jepara. Selain menggandeng perajin dan desainer lokal, material yang digunakan Oemah Etnik 100 persen berasal dari Indonesia.

Oemah Etnik pun mengusung sustainable fashion dengan menghadirkan produk fashion berkualitas tinggi, berdesain timeless sehingga tidak ketinggalan zaman.

"Desain kami sangat timeless. Contoh, ada pelanggan yang beli delapan tahun lalu, hari ini masih dipakai. Modelnya ga ketinggalan tren, itu yang bikin produk kita di-keep sama customer," ujarnya.

Rizki juga menerapkan aturan ketat dalam manajemen stok sehingga tidak ada stok yang menumpuk. 

Selain itu, diterapkan pula waste management, di mana perca terkecil hingga benang disalurkan kepada rekanan yang sudah bekerja sama. Oemah Etnik pun sudah tidak memakai kemasan plastik.

(dari kiri) Yoland Handoko - Fashion Stylist, Indra Tjahjani - Pemerhati dan Motivator Batik, Desey Muharlina Bungsu - Fashion Apparel & Campaign Senior Director Tokopedia and TikTok E-commerce, Yunita Stefani - Brand Manager Nona Rara, dan Rizki Triana - Founder and CEO of OE dalam acara Konferensi Pers dan Fashion Workshop Rayakan Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik di Tokopedia Tower, Jakarta, pada Rabu, 2 Oktober 2024. Foto: Tokopedia.

Manfaatkan Platform E-Commerce

Menurut Rizki, awalnya Oemah Etnik hanya berjualan offline dan online melalui situs OE, namun saat pandemi, OE harus menutup seluruh gerai offline.

"Kami berupaya mempertahankan karyawan dengan fokus menjual produk yang tersisa. Imbasnya, kami saat itu terpaksa memutus kemitraan dengan perajin. Perajin yang kehilangan pemasukan ternyata tidak melanjutkan pembuatan batik untuk beralih membuat produk yang lebih relevan dengan kondisi saat itu, seperti celana jogger. Kami pun sadar bahwa jika generasi penerus tidak berperan memberdayakan perajin batik, maka industri batik bisa mati," ucap Rizki.

Hal tersebut membuat Rizki bertekad membuat OE lebih mapan agar bisa terus menjaga lapangan pekerjaan sekaligus melestarikan Wastra Nusantara. Salah satu upaya yang dilakukan Rizki di tengah era digital adalah memanfaatkan platform e-commerce, seperti Tokopedia dan ShopTokopedia. Tokopedia dan ShopTokopedia membantu OE meningkatkan kepercayaan pembeli dan memperluas jangkauan pasar.

"Di Tokopedia, OE memanfaatkan fitur beriklan 'TopAds' untuk meningkatkan visibilitas toko dan produk, serta menaikkan penjualan. OE juga menggunakan fitur pembuatan video di TikTok untuk meningkatkan awareness dan transaksi di ShopTokopedia. Berkat pemanfaatan berbagai fitur di Tokopedia dan ShopTokopedia, omzet OE tahun ini meningkat sekitar 87% persen dibandingkan dengan tahun lalu," ungkap Rizki.

Oemah Etnik juga kerap mengikuti berbagai kampanye yang dihadirkan oleh Tokopedia dan ShopTokopedia, seperti Tokopedia Fashion dan Beli Lokal. Berkat ikut beragam kampanye di Tokopedia dan ShopTokopedia, penjualan OE meningkat 1,5 kali lipat dibandingkan saat tidak mengikuti kampanye.

Pilihan Editor: 5 Kota Batik di Pulau Jawa dan Kekhasan Batik yang Dimilikinya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."