CANTIKA.COM, Jakarta - Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Canadian Journal of Behavioural Science menantang asumsi bahwa individu yang egois menggunakan media sosial terutama untuk mempromosikan diri sendiri. Secara tradisional, diyakini bahwa orang-orang seperti itu, yang sering dianggap sangat mandiri, akan mengalami lebih sedikit rasa takut ketinggalan (FOMO) dibandingkan dengan mereka yang lebih terhubung secara sosial.
Namun, para peneliti bertujuan untuk menentukan apakah FOMO secara signifikan memengaruhi penggunaan media sosial di antara individu yang egois.
Studi ini mencakup tiga bagian. Pada bagian pertama, 199 orang dewasa AS disurvei tentang keegoisan, FOMO, dan kebiasaan media sosial mereka. Keegoisan dievaluasi melalui kuesioner tiga item yang difokuskan pada seberapa banyak individu berkonsentrasi pada diri mereka sendiri selama percakapan, sementara FOMO dinilai dengan kuesioner sepuluh item yang menampilkan pernyataan seperti, "Saya khawatir teman-teman saya memiliki pengalaman yang lebih bermanfaat daripada saya."
Para peserta juga melaporkan penggunaan media sosial harian dan tingkat keterlibatan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang mementingkan diri sendiri memang menggunakan media sosial lebih sering, tetapi hubungan ini sepenuhnya dimediasi oleh FOMO, yang berarti bahwa FOMO, bukan keegoisan saja, yang menyebabkan peningkatan aktivitas daring.
Dalam studi kedua, para peneliti memanipulasi keegoisan di antara 241 orang dewasa dengan meminta beberapa orang untuk mengingat momen egois sementara yang lain menulis tentang hari-hari biasa. Peserta kemudian menyelesaikan kuesioner FOMO dan penggunaan media sosial yang sama. Temuannya konsisten; keegoisan meningkatkan penggunaan media sosial hanya jika ada FOMO.
Kerentanan di balik persona yang mementingkan diri sendiri
Studi terakhir bertujuan untuk melihat apakah priming FOMO akan mengubah hubungan antara keegoisan dan penggunaan media sosial. Ketika peserta diminta untuk berpikir tentang FOMO, hubungan dengan penggunaan media sosial menghilang, yang menunjukkan bahwa FOMO adalah pendorong utama perilaku media sosial di antara individu yang mementingkan diri sendiri.
James A. Roberts, penulis studi tersebut, menyatakan skeptis tentang gagasan bahwa orang yang mementingkan diri sendiri benar-benar percaya bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain. Sebaliknya, ia menyarankan bahwa perilaku mereka mungkin berasal dari perasaan tidak mampu.
Temuan ini memiliki implikasi yang signifikan, yang mengungkapkan bahwa individu yang mementingkan diri sendiri mendekati media sosial dari sudut pandang yang rentan daripada sekadar berusaha meningkatkan citra diri mereka. Namun, studi ini memiliki keterbatasan, termasuk data yang dikumpulkan selama pandemi COVID-19, yang mungkin telah mengintensifkan FOMO karena isolasi sosial.
Penelitian di masa mendatang dapat lebih jauh mengeksplorasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi perilaku media sosial dan menilai dampaknya terhadap kesejahteraan, terutama mengingat meningkatnya kekhawatiran atas kecanduan konten video berdurasi pendek di kalangan generasi muda.
Pilihan Editor: Maraknya Kabar Perceraian, Marriage Is Scary jadi Tren di Media Sosial
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika