Mencicipi Tokusen Wagyu Series di Steak Hotel by Holycow!

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Tokusen Wagyu Rib Eye di  Steak Hotel by Holycow! (TEMPO/Mila Novita)

Tokusen Wagyu Rib Eye di Steak Hotel by Holycow! (TEMPO/Mila Novita)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bagi pecinta steik, wagyu artisan lokal bisa dinikmati di Steak Hotel by Holycow!. Restoran steik yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia ini menghadirkan Holycow’s Private Selection Tokusen Wagyu Series. Wagyu untuk menu tersebut berasal dari peternakan Tokusen di Lampung.

Menurut Wynda Mardio Founder Steak Hotel by Holycow!, Tokusen Wagyu Series tersedia dalam tiga pilihan, yakni sirloin, rib eye, dan tenderloin.

"Tokusen Wagyu Series menggunakan wagyu marbling 4-5 dengan seasoning signature yang sudah ada sejak (restoran) pertama kali buka 14 tahun lalu, ditambah dengan pendamping Truffle Fries & Creamy Spinach," kata Wynda di Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024. 

Steik wagyu ini disajikan dengan tingkat kematangan berbeda-beda, mulai dari rare hingga well done, sesuai dengan selera pelanggan. Namun, jika ingin lebih merasakan sensasi lembut dan berair, serta cita rasa uniknya wagyu Sumatra ini, disarankan memilih rare atau medium rare

Oiya sebagaimana diketahui wagyu, daging khas Jepang, terkenal karena teksturnya yang lembut dan marbling atau pola jaringan lemak alaminya. Daging jenis ini tergolong istimewa, harganya lebih mahal daripada daging sapi biasa. 

Wagyu dari Peternakan Lokal 

Tokusen berasal dari sapi wagyu yang dikembangkan di peternakan sapo PT Santosa Agrindo (Santori) di Lampung. Peternakan ini mengembangkan sendiri sapi wagyunya mulai dari pembiakan, penggemukan, hingga pengolahan daging. 

Dayan Adiningrat, Direktur PT Santosa Agrindo mengatakan bahwa sapi wagyu Tokusen berasal dari garis keturunan Tajima yang terkenal karena kualitas marbling-nya. 

"Kami mengembangkan sapi ini selama 10 tahun, kami uji coba dengan mendatangkan dari Australia, dikembangbiakkan di sini," kata dia. 

Meski berasal dari Australia, Dayan mengatakan bahwa sapi-sapi di peternakan ini bisa ditelusuri jejaknya dari Jepang. Menurut dia, pada tahun 1970-an, Jepang mengekspor genetik sapi wagyu ke Amerika Serikat dan Australia. Setelah berkembang di AS, Jepang menghentikan ekspor karena ingin eksklusif. Namun, kini sapi wagyu di Australia pun berkembang, bahkan mengalahkan Jepang dan Amerika Serikat. 

Cita Rasa Wagyu Lokal

Wagyu lokal memiliki cita rasa yang unik karena pakannya berbeda dengan wagyu di Jepang, Amerika, atau Australia yang umumnya jagung. Dayan mengatakan, 80 persen pakan sapi wagyu di peternakan Santori menggunakan bahan dari dalam negeri. Sebagian besar dari singkong yang terdapat banyak di Lampung. 

"Singkong merupakan sumber energi baik. Selain tekstur halus, rasanya unik, beda dengan daging marbling dari luar negeri," kata Dayan. 

Jika penasaran mencicipi wagyu lokal, Tokusen Wagyu Series tersedia di Steak Hotel by Holycow! pada 1 Oktober hingga 31 Desember 2024 dengan harga mulai dari Rp275 ribu untuk sirloin hingga Rp345 ribu untuk tenderloin. 

Pilihan Editor: Sensasi Makan Steak Bernuansa Tambang Emas yang Modern di Meatguy Steakhouse

MILA NOVITA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."