CANTIKA.COM, Jakarta - Menurut pendiri jenama mode sekaligus perusahaan sosial SukkhaCitta, Denica Riadini-Flesch, salah satu faktor di balik mahalnya pakaian ramah lingkungan adalah proses pembuatan yang cukup panjang dan penggunaan bahan alami di dalamnya.
"Kenapa mahal? Menurut aku, pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah kenapa (ada pakaian) semurah itu?" kata Denica saat ditemui dalam acara pertemuan media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 22 November 2024.
"Kalau dari kita, jangan melihat harga dari price tag saja, perlu dilihat juga cost to wear-nya atau biaya bajunya per dipakai," sambungnya.
Denica mencontohkan, ada produk pakaian seharga Rp200 ribu, tetapi hanya tahan dipakai sebanyak 8 kali. Bila dihitung dengan logika per pemakaian, pakaian tersebut seharga sekitar Rp25 ribu per pemakaian.
Angka tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga pakaian berbahan dasar ramah lingkungan yang biasanya cukup mahal saat awal dibeli. Jika satu produk pakaian dijual seharga Rp1 juta, tetapi dapat digunakan berulang kali selama bertahun-tahun, maka harga per pemakaian pakaian tersebut tentu kurang dari Rp25 ribu.
"Jadi, kita juga perlu memberi pemahaman ke konsumen supaya kita tidak menilai sesuatu dari price tag, kita perlu tau ada apa di baliknya," kata Denica.
Gelar Pameran Bertajuk Regenerasi
SukkhaCitta mengadakan pameran bertajuk "REGENERASI" yang menampilkan perjalanan jenama tersebut dalam memproduksi pakaian berbahan dasar ramah lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakat lokal.
Menurut Denica, regenerasi adalah melakukan suatu hal yang memiliki dampak positif dan 'menyembuhkan' semua hal yang dikerjakan, salah satunya memproduksi pakaian. Dalam pameran "REGENERASI", Denica ingin menampilkan bagaimana dia bersama timnya memproduksi pakaian berbahan dasar ramah lingkungan.
"Fokusnya meregenerasi kesehatan tanah sebetulnya, sebetulnya semua produksi baju kita itu berdampak langsung ke tanah," kata Denica.
Dia menambahkan, "Sayangnya, saat ini praktik konvensional terus-menerus merusak unsur hara dan tanah kita, dan kalau kita tidak berubah, PBB mengatakan bahwa siklus tanah kita tinggal 60 siklus lagi sampai akhirnya tanah kita terlalu rusak".
Tampak depan dari pameran "REGENERASI" yang diinisiasi oleh SukkhaCitta di Lantai 3 Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 22 November 2024. Foto: ANTARA/Vinny Shoffa Salma
Oleh sebab itu, Denica menginisiasi pameran "REGENERASI" untuk menyerukan pentingnya menjaga lingkungan kepada masyarakat, salah satunya dalam membeli produk mode. Di pameran tersebut, pengunjung akan diajak melihat lebih dekat instalasi tanah yang menjadi bagian penting dalam menghasilkan bahan baku produk fesyen.
Pameran "REGENERASI" dibuka mulai Jumat, 22 November 2024 hingga pertengahan Mei 2025 mendatang. Pengunjung bisa datang secara langsung ke pameran tersebut di Lantai 3 Plaza Indonesia, Jakarta Pusat selama jam operasional mal dibuka.
Mengenal SukkhaCitta
Sebagai informasi, jenama SukkhaCitta mengusung konsep farm to closet atau dari pertanian ke pakaian jadi. Melalui konsep tersebut, SukkhaCitta dapat menghasilkan pakaian berkualitas tinggi yang dibuat secara tradisional dan menjualnya secara langsung di laman situs resmi mereka dan gerai luring.
SukkhaCitta juga menggunakan serat kapas yang ditanam langsung oleh petani lokal di sejumlah wilayah di Indonesia. Untuk menjaga keberlanjutan ekosistem lahan tanaman kapas, Denica menerapkan teknik pertanian regeneratif.
Teknik regeneratif mengutamakan efisiensi penggunaan lahan, peningkatan kesehatan dan regenerasi tanah, serta konservasi keanekaragaman hayati. Bahkan, jenama tersebut juga menggunakan pewarna alami yang ditanam bersamaan dengan kapas, sehingga produk-produk SukkhaCitta telah terjamin ramah lingkungan.
Selain menggandeng petani lokal, SukkhaCitta juga menggandeng perajin kain lokal dalam pembuatan produk-produk pakaian mereka. Hal ini dilakukan sebagai upaya mereka dalam memberdayakan masyarakat lokal, terutama kaum perempuan.
Oleh sebab itu, pakaian berbahan dasar ramah lingkungan biasanya memiliki harga lebih tinggi dibandingkan harga pakaian pada umumnya karena membutuhkan proses yang panjang.
Melalui upayanya untuk memberdayakan lingkungan dan perajin lokal, Denica berharap pakaian berbahan dasar ramah lingkungan dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat.
"Bagaimana caranya kita itu bisa menerapkan konsumsi yang regeneratif, tidak eksploitatif," katanya.
Untuk pasar pakaian ramah lingkungan di Indonesia, Denica mengatakan bahwa saat ini peminatnya semakin berkembang. Dia pun berharap produk ramah lingkungan semakin menjadi pilihan utama masyarakat, khususnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi. "Makin banyaknya edukasi, saat ini semakin berkembang ya karena semakin kita tahu, maka kita semakin akan mencarinya," tandas Denica.
Pilihan Editor: Sukkha Citta jadi Jenama Mode Lokal Pertama yang Meraih Sertifikasi B Corp