TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha Benny Subianto meninggal dunia pada Januari 2017. Perusahaan keluarga, Persada Capital Investama, diwariskan kepada putri tertuanya, Arini Sarraswati Subianto. Sebagai Presiden Direktur perusahaan keluarga tersebut, Arini sekarang tercatat sebaga perempuan terkaya di Indonesia dengan aset mencapai Rp 11 triliun.
Sebagai anak sulung, Arini akan mengawasi investasi Persada dalam berbagai macam hal, seperti pengolahan kayu, minyak sawit, karet, dan batu bara. Namun, Arini sempat memiliki mimpi lain untuk profesi yang ia ingin tekuni. Sejak kecil sampai remaja, dia bermimpi untuk menjadi arsitek, bahkan sempat mengenyam jurusan arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung selama setahun.
“Karena suka matematika dan menggambar, saya pikir bidang yang bisa menggabungkan keduanya apa ya? Arsitek kali ya? Jadi, saat SMP saya bolak-balik dipanggil oleh ayah saya, ditanyakan maunya jadi apa. Saya maunya jadi arsitek,” ungkap Arini Subianto, kepada Tempo, 12 Desember 2017, di Jakarta.
Baca juga:
Arini Subianto, Wanita Terkaya RI Berharta Rp 11 Triliun
Arini Subianto, dari Sosialita Jadi Wanita Terkaya di Indonesia
Arini melanjutkan mimpi tersebut sampai akhirnya dia mendapat tawaran untuk bersekolah di Amerika Serikat. Setelah belajar di UNPAR selama dua semester, Arini menyadari kalau dia lebih menyukai unsur menggambar dari arsitektur. Karena itu dia tidak melanjutkan kuliah dan pindah ke sekolah desain. Ia memutuskan untuk masuk Parsons School of Design, di New York, Amerika Serikat, untuk belajar desain.
Dia berhasil mentransfer beberapa kredit dari kelas-kelas yang dia sudah ambil di UNPAR ke Parsons, jadi tidak harus mengulangi semua pelajaran. Cita-citanya untuk menjadi arsitek pun akhirnya berubah menjadi desainer.
“Tapi Alhamdulillah, karena waktu itu lama ingin menjadi arsitek dan dapat di UNPAR, jadi benar-benar mengejarnya ke situ pada saat itu,” tutur Arini.