TEMPO.CO, Jakarta - Ketika suami istri memutuskan bercerai, persoalan yang kemudian muncul adalah tentang hak asuh anak dan pembagian harga gono - gini. Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dessy Ilsanti mengatakan langkah yang paling disarankan dalam situasi seperti ini adalah pikirkan dulu secara baik-baik dan tenang.
Baca juga:
Ada Pelakor dan Pebinor, Alasan Pudarnya Cinta Suami Istri
Bagi istri, permintaan cerai dari suami dan masalah hak asuh anak merupakan urusan besar yang menimbulkan berbagai emosi. "Ingat satu prinsip kalau hak asuh itu harus demi kesejahteraan sang anak, bukan untuk ego suami atau istri,” kata Dessy kepada Tempo, Selasa 9 Januari 2018.
Bila kedua orang tua menunjukkan kasih sayang yang sama, maka perhatikan pihak mana yang dapat memenuhi kebutuhan anak secara garis besar, termasuk finansial dan mental. “Biasanya istri memiliki kedekatan emosional sebagai seorang ibu, dan anak di bawah umur bisanya diasuh oleh ibu,” ucap Dessy.
Ilustrasi single mom atau orang tua tunggal. shutterstock.com
Meski begitu, kedua orang tua harus menyadari kemampuan finansial mereka dalam membesarkan anak. Sebab setelah bercerai, istri harus bisa menafkahi diri sendiri. Bila memiliki hak asuh anak, istri juga harus bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya, terlebih jika mantan suami tak memberikan jatah buat anak.
Intinya, menurut Dessy, persoalan hak asuh harus dilihat secara objektif. “Kalau suami minta hak asuh anak, harus pertimbangkan apakah akan menguntungkan anak. Sebagai ibu juga tidak bisa egois dan harus memikirkan yang terbaik untuk anaknya,” ucapnya.
ASTARI PINASTHIKA SAROSA