CANTIKA.COM, Jakarta - World Sleep Day jatuh setiap tanggal 16 Maret. Namun faktanya, lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia menderita sleep apnea, dan 80 persen di antaranya tidak terdiagnosa apa sebab mereka mengalami gangguan tidur sehingga kerap terjaga di malam hari. Baca juga: Generasi Milenial Sudah Melek Investasi Emas, Sayang Masih Receh
Survei yang dilakukan Royal Philips berjudul "Better Sleep, Better Health. A Global Look at Why We’re Still Falling Short on Sleep" di 13 negara dan diikuti lebih dari 15 ribu orang. Sebanyak 13 negara yang disurvei adalah Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, Cina, Australia, Kolombia, Argentina, Meksiko, Brasil, dan Jepang.
"Tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Seberapa baik dan berapa lama kita tidur setiap malam sebelumnya adalah variabel paling penting yang mempengaruhi perasaan pada hari berikutnya," kata Chief Medical Officer, Philips Sleep and Respiratory Care, Dr. David White seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Hasil survei tadi menunjukkan temuan unik. Generasi milenial atau mereka yang berusia 18 - 24 tahun ternyata lebih menghargai tidur ketimbang orang yang lebih tua dari usia itu. Kendati generasi milenial cenderung tidak punya jam tidur yang teratur dibandingkan generasi lainnya, mereka rata-rata lebih banyak tidur setiap malam dibandingkan kelompok usia yang lain.
Ilustrasi tidur telanjang. pulptastic.com
Jika generasi milenial yang berusia 18 - 25 tahun tidur dengan durasi rata-rata 7,2 jam sepanjang malam, mereka yang berumur lebih dari 25 tahun rata-rata tidur selama 6,9 jam tiap malam. Yang juga menarik adalah, generasi milenial ini merasa bersalah jika mereka tidak teratur menjaga kebiasaan tidur yang baik dibandingkan dengan kelompok usia 35 tahun ke atas.
Artikel lainnya: Generasi Milenial Sering Pindah Kerja, Kenapa Tak Betah?
"Tidur yang tidak memadai bisa berdampak langsung pada kesehatan kita, tidak seperti olahraga atau diet," kata David White. "Survei ini menunjukkan walaupun tahu tidur itu penting untuk kesehatan secara keseluruhan, banyak orang masih belum memprioritaskannya ketimbang berolahraga atau mengkonsumsi makanan sehat."
Dari survei tersebut diketahui beberapa persoalan yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Masalah itu antara lain insomnia, mendengkur, distraksi teknologi, stres. Adapun efek samping dari durasi tidur yang tidak memadai dan kualitas tidur yang buruk membuat seseorang mudah merasa lelah, murung, gampang marah, tidak termotivasi, dan sulit berkonsentrasi.
Ilustrasi wanita melihat telepon genggang atau handphone di tempat tidur atau saat ingin tidur. shutterstock.com
Mereka yang mengalami kesulitan tidur sejatinya tahu dan berusaha memperbaiki kulitas tidur mereka dengan berbagai cara, misalnya mendengarkan musik yang menenangkan, mengatur jadwal tidur dan bangun supaya lebih teratur, sampai meditasi.