CANTIKA.COM, Jakarta - Sering kali orang tua mengeluh mengapa anaknya tidak memberitahukan tentang suatu hal yang penting dan malah disampaikan oleh si anak kepada orang lain. Atau sering juga orang tua bahkan tidak mengetahui apa yang dilakukan anaknya di sekolah.
Namun, kuantitas dan kualitas interaksi dapat meniadakan keluhan-keluhan tersebut. Selain itu, menurut Feka Angge, psikolog di Klinik Anakku, Kelapa Gading, Jakarta, orang tua juga perlu menonjolkan perasaannya saat berbicara kepada anak.
Baca: Kiat Mengatur Pemakaian Gawai oleh Anak
"Contohnya, ‘Kenapa kamu waktu melewati mama, enggak negur? Kalau kamu begitu, mama bisa sedih lho’," ujarnya.
Berbicara dengan menonjolkan warna perasaan ini belum banyak dilakukan orang tua di Indonesia. Hal itu karena memang umumnya keluarga di Indonesia lebih banyak yang jarang membahas soal suasana perasaan, lebih sering membicarakan tindakan.
Karena itu, perlu bagi orang tua untuk mengubah pola penyampaian kata-katanya kepada anak, dari yang melulu soal tindakan beralih kepada suasana perasaan.
Contohnya adalah,"Apa nih yang mau kita lakukan biar menyenangkan." Atau bertanya dengan kalimat, "Apa yang bikin kamu bete (kesal) nak?"
Baca juga: Hari Susu Sedunia, Saatnya Ajari Anak Mencintai Minum Susu
Dari kondisi-kondisi tersebut orang tua dapat mengetahui pada suasana seperti apa anaknya akan bisa merasa senang, sedih, gembira, dan perasaan lainnya.
Apalagi bila mempunyai lebih dari satu orang anak karena masing-masing individu memiliki level yang berbeda terhadap kondisi yang dapat mempengaruhi perasaan atau suasana hatinya.