CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah kamu kalau Indonesia kini menjadi negara kedua yang paling banyak menyumbang sampah laut? Dokter spesialis kulit yang juga pendiri gerakan Mata Cinta, Amaranila Lalita Drijono mengatakan sebuah riset di Teluk Makassar pada 2015 menunjukkan 1 dari 3 ikan mengandung plastik.
Baca juga:
Nadine Chandrawinata: Setop Melapis Tempat Sampah Pakai Plastik
Baca Juga:
Pada tahun yang sama, Institut Teknologi Bandung atatu ITB juga merilis riset yang menunjukkan kalau sampah plastik terbanyak di dasar laut adalah sedotan. Dan kekhawatiran tertinggi jika sampah plastik ini sudah menyebar ke mana-mana apalagi sampai masuk ke dalam tubuh biota laut adalah kandungan nanoplastik di dalamnya.
"Kalau sudah jadi nanoplastik bisa masuk ke sel. Kalau masuk ke ikan bisa menembus ke otak manusia," kata Amaranila di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 15 Agustus 2018. Sampah plastik membutuhkan waktu 400 sampai 500 tahun untuk terurai secara alami.
(dari kiri) dr. Amaranila Lalita Drijono (Pendiri Mata Cinta), Deti Supandi (Moderator), Helen Dewi Kirana (Pendiri NES), Diah Bisono (Yayasan Cinta Laut Indonesia), Kornel H. Soemardi (Director BMC-PT. Ernst & Young Indonesia), di Gerakan Jakarta Tanpa Sedotan, di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 15 Agustus 2018. TEMPO | Astari P. Sarosa
Baca Juga:
Oseanografi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Noir Purba menjelaskan manusia yang menyantap ikan yang sudah tercemar plastik, maka risiko munculnya penyakit, seperti kanker, akan lebih besar. Ukuran nanoplastik sekitar 0,33 milimeter dan tidak terlihat.
Artikel lainnya:
3 Alasan Tak Gunakan Plastik untuk Wadah Makanan
Gaya Hidup Ramah Lingkungan ala Ira Wibowo, Ada Sedotan Kaca
Dengan ukuran yang super kecil ini, maka akan sangat mudah mikroplastik terserap oleh tanaman laut, lalu dimakan plankton, dan setelahya dimakan ikan. "Ikannya dimakan manusia dan nanoplastik itu masuk ke dalam tubuh, menembus ke otak manusia," kata dia.
Jadi apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi limbah sampah ini? Pemilik label busana NES, Helen Dewi Kirana memberikan tips sederhana. "Berhenti pakai sedotan plastik," kata dia.
Helen Dewi Kirana (Pendiri NES) di Gerakan Jakarta Tanpa Sedotan, di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 15 Agustus 2018. TEMPO | Astari P Sarosa
Helen yang dikenal dengan motif batiknya yang unik akan mengadakan Festival Jakarta Tanpa Sedotan pada Kamis, 16 September 2018 di Synthesis Development Kemang, Jakarta Selatan. "Kami melakukan gerakan yang simpel saja. Saya ingin mengubah gaya hidup terutama yang terbiasa membuang sampah setelah satu kali pakai," ujar Helen Dewi Kirana.
Fashion show koleksi NES dari Helen Dewi Kirana mengiringi gerakan Jakarta Tanpa Sedotan, di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 15 Agustus 2018. TEMPO | Astari P. Sarosa