CANTIKA.COM, Jakarta - Pengembangan bahasa termasuk bagian penting bagi anak agar mampu berkomunikasi, memahami, dan mengungkapkan perasaan. Bahasa yang dipelajari anak tak terbatas pada bahasa ibu, termasuk bahasa asing.
Baca juga: Sandra Dewi Ajak Raphael Moeis Lihat Mesin Cuci dan Dapur Kotor
Psikolog pendidikan dan anak Elizabeth Santosa, mengingatkan orang tua tak perlu khawatir anak menjadi bingung ketika belajar lebih dari satu bahasa. Menurut dia, daya tampung otak anak dalam menyerap informasi tanpa batas, terlebih untuk anak usia 3 sampai 6 tahun yang masuk golden age.
Dia menyoroti peran orang tua dan para pengajar bahasa yang benar-benar memahami dunia anak. Regional Director EF English First Indonesia, Elizabeth Maria berbagi tips agar anak mudah belajar bahasa. Dari pengalaman selama 20 tahun di dunia pendidikan, dia menemukan hanya ada dua pondasi keberhasilan anak usia 3 sampai 6 tahun dalam belajar bahasa asing.
Pertama, menurut Elizabeth Maria, komitmen dan keterlibatan orang tua dalam mendukung anak belajar bahasa. "Di usia 3 sampai 6 tahun ini, kebanyakan anak masih belum berani tampil di depan publik saat bergabung di tempat les bahasa asing. Apalagi berani berbicara di depan kelas. Oleh karena itu, orang tua harus konsisten mendukung kepercayaan diri anak lewat cara komunikasi aktif, seperti bertanya, mendengar, dan saling bercerita," kata Elizabeth Maria dalam peluncuran EF Small Stars di Jakarta, Kamis 24 Januari 2019.
Peran orang tua, kata Elizabeth Maria, bukan sekadar mengantar dan menjemput anak di tempat les. Selain itu, konsistensi orang tua mencontohkan pengucapan dengan benda-benda di sekitar atau seputar kegiatan harian juga sangat membantu.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pendekatan pendidikan yang sesuai tahapan usia anak. "Buat suasana belajar yang menyenangkan, aktivitas bersama pengajar dan anak, serta penggunaan properti atau tokoh yang sesuai dengan usianya," kata Elizabeth Maria.
Baca: Sandra Dewi Ajak Raphael Moeis Lihat Mesin Cuci dan Dapur Kotor
Metode story telling atau video juga bisa menjadi instrumen yang dipilih menstimulasi kemampuan otak anak. Cara-cara ini bisa mendorong antusiasme tinggi anak belajar bahasa. Sebab mereka menikmati proses belajarnya, ada proses interaksi sosial, serta meningkatkan kepercayaan diri berkomunikasi di depan sebayanya.