Tenun Ikat Sikka yang Pertama Dilindungi Kekayaan Intelektual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
ki-ka: Fajar Sulaeman T (Kasubdit Indikasi Geografis), Fathlurachman (Direktur Merek dan Indikasi Geografis, Direktorat Jenderal Kekayaaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM), Dollaris Riauaty Suhadi (Direktur Eksekutif Sahabat Cipta & Ketua Penyelenggara Acara Tenun Ikat Sikka Auction & Marketplace 2019) & Amanda Gaban (Penyelenggara Acara) di Sentra Mulia, Jakarta Selatan, Kamis 7 Februari 2019. TEMPO/Silvy Riana Putri)

ki-ka: Fajar Sulaeman T (Kasubdit Indikasi Geografis), Fathlurachman (Direktur Merek dan Indikasi Geografis, Direktorat Jenderal Kekayaaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM), Dollaris Riauaty Suhadi (Direktur Eksekutif Sahabat Cipta & Ketua Penyelenggara Acara Tenun Ikat Sikka Auction & Marketplace 2019) & Amanda Gaban (Penyelenggara Acara) di Sentra Mulia, Jakarta Selatan, Kamis 7 Februari 2019. TEMPO/Silvy Riana Putri)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Keanekaragaman wastra Nusantara menjadi kebudayaan Indonesia yang sulit disaingi oleh negara lain. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat beragam kain tradisional dengan ciri budaya masing-masing, termasuk tenun. Salah satu daerah penghasil tenun di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur. Di sana terdapat 21 kabupaten, salah satunya Kabupaten Sikka.

Baca juga: Cerita di Setiap Lembar Kain Sikka

Tenun ikat sikka terpilih menjadi tenun ikat pertama di Indonesia yang dilindungi kekayaan intelektualnya melalui Indikasi Geografis (IG). Tenun ikat sikka memperoleh sertifikat ID G 000000056 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM pada 8 Maret 2017.

Beberapa kriteria penilaian terpilihnya tenun ikat sikka oleh Kementerian Hukum dan HAM adalah setiap motif memiliki filosofi yang kuat dan terancam punah akibat kurangnya regenerasi. Dengan adanya IG diharapkan mendorong produksi, promosi, dan keberlangsungan tenun ikat Sikka yang jaminan mutu. Diperkirakan ada 2000 penenun di Kabupaten Sikka. Sekitar 70 persen pendapatan rumah tangga di sana berasal dari kegiatan menenun, selain berkebun.

Dollaris Riauaty Suhadi, Direktur Eksekutif Sahabat Cipta & Ketua Penyelenggara Acara Tenun Ikat Sikka Auction & Marketplace 2019 di Sentra Mulia, Jakarta Selatan, Kamis 7 Februari 2019. TEMPO/Silvy Riana Putri)

“Masyarakat awam belum bisa cepat mengenali tenun ikat Sikka dengan sekilas pandangan. Ada kemiripan dengan tenun Nusa Tenggara Timur lainnya. Oleh karena itu, acara Tenun Ikat Sikka Auction & Marketplace 2019 pada 15-17 Februari 2019 salah satu cara promosi kepada masyarakat. Kami mendatangkan 10 penenun dari Sikka,” kata Dollaris Riauaty Suhadi atau akrab disapa Waty, Direktur Eksekutif Sahabat Cipta di Sentra Mulia, Jakarta Selatan, Kamis 7 Februari 2019.

Artikel lain: Cerita Julie Laiskodat Jatuh Cinta pada Tenun NTT

“Salah satu ciri tenun ikat Sikka banyak bermotif bunga, kuda, dan tokek. Pilihan warna tanah, seperti coklat, merah tua, dan hitam untuk jenis tradisional. Kain yang berjenis kontemporer menggunakan warna-warna cerah, seperti merah muda ataupun ungu. Pewarnaannya selalu dengan bahan pewarna alami, seperti mengkudu, daun kelor, dan akar-akar tumbuhan di sekitar Kabupaten Sikka,” tandas Waty.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."