CANTIKA.COM, Jakarta - Untung Endang Suryani, 52 tahun, adalah seorang penyintas kanker serviks. Awalnya ia hanya mengalami keputihan selama beberapa hari. Dia pikir itu tanda normal menjelang menopause.
Tanpa bertanya pada pihak medis, Endang memutuskan minum obat-obatan herbal atas rekomendasi teman-temannya yang pernah merasakan hal serupa.
"Dua bulan minum tetapi tetap keputihan. Menstruasi tiga hari. Lalu dua bulan kemudian enggak menstruasi. Saya pikir menopause. Jamunya habis bikin sendiri. Saya juga minum obat herbal dari semua harga," ujarnya.
Artikel terkait:
Kanker Serviks, Efektifkah Cegah Infeksi Virus dengan Cuci Tangan
Suatu waktu, dia kembali menstruasi namun disertai pendarahan hebat. Endang lalu memutuskan berkonsultasi dengan dokter dan ternyata pada Mei 2017 didiagnosa kanker serviks. Kadar hemoglobinnya juga rendah, hanya 2,6.
Baca Juga:
"Dibiopsi, lalu di-USG. Kanker sudah seperempat serviks," katanya.
Untuk mengatasi pendarahan, dokter menyarankan Endang menggunakan tampon. Bukan tampon biasa, melainkan yang terbuat dari kain kasa yang digulung lalu ditaruh di dalam vagina.
Dia harus memakai tampon yang diganti setiap hari selama 10 hari. Endang mengaku merasakan sakit luar biasa begitu tampon terpasang. Namun dia tak memiliki pilihan lain.
"Dipasang tampon pakai gulungan kain kasa ditaruh di vagina untuk hentikan pendarahan. Sakit sekali. Keluar darah sebesar batu bata. Waktu itu pakai tiga gulung kain kasa," tuturnya.
Pendarahan tak kunjung berhenti. Akhirnya, dokter menyarankan radiasi sembari menjalani kemoterapi. Saat menjalani radiasi, Endang mengalami rasa sakit sekaligus panas pada bagian perutnya. Dia tak menampik terkadang mengalami kesulitan menahan efek radiasi dan kemoterapi.
Namun, Endang bertekad melanjutkan pengobatan hingga tak ada lagi sel kanker menggerogoti tubuhnya. Untuk membantu tetap semangat melawan kanker, Endang bergabung dengan komunitas Cancer Information and Support Center (CISC). Di sana, dia bisa berbagi duka sekaligus menghimpun semangat dari para anggota komunitas.
Baca juga:
4 Cara Deteksi Dini Kanker Serviks
Kini, Endang bisa lega karena telah selesai menjalani pengobatan kanker serviks dan tak lagi menyandang status pasien, namun penyintas. Berkaca dari kasus Endang, Prof. Dr. Andrijono SpOG(K) dari Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) menyarankan kaum hawa yang mengalami keputihan tak kunjung sembuh setelah pengobatan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hal ini untuk mengetahui penyebabnya dan bisa segera mendapatkan penanganan medis.
"Kalau keputihan, diobati lalu muncul lagi, segera periksakan diri agar tahu apa penyebabnya. Bisa karena kuman atau apa. Pengobatan tergantung hasil pemeriksaan," tuturnya.
Kanker serviks bisa diawali gejala berupa keputihan (kanker menimbulkan lendir). Namun, biasanya ini baru muncul saat kanker sudah memasuki stadium dua atau lebih.