CANTIKA.COM, Jakarta - Penurunan berat badan bagi ibu yang baru melahirkan dan menyusui bukan hal yang mustahil dan berproses, tentunya. Pola makan yang sehat dan aktivitas fisik merupakan pondasi agar berat badan kembali seperti semula.
Menurut Dr Grace Judio-Kahl, spesialis obesitas dan pendiri klinik Lighthouse, penurunan berat badan bagi ibu baru sudah dimulai sejak melahirkan.
“Ibu yang baru melahirkan secara langsung sudah mengalami penurunan berat badan bisa mencapai empat kilogram. Jumlah itu dari bayi, air ketuban, dan darah yang keluar saat proses persalinan,” kata Grace yang ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta Selatan.
Artikel lain:
Ibu Menyusui Jangan Hanya Pikirkan Kuantitas ASI
Untuk pola makan yang disarankan adalah perhitungan defisit kalori yang seimbang. “Saya menerapkan kalori yang seimbang. Berapa banyak yang dibutuhkan selama satu hari dengan berapa banyak energi yang dikeluarkan. Saya tidak punya nilai pastinya sebab kondisi masing-masing perempuan berbeda. Ada yang tidak bisa melakukan metabolisme karbohidrat dengan baik atau mengikat lemak terlalu kuat,” ujarnya.
“Jika dilihat dari batasan kalori harian, kebutuhannya mencapai 1.500-2.000 kalori. Dari pemeriksaan secara menyeluruh oleh dokter bisa diterapkan pola makan apa yang cocok untuk si ibu menyusui yang ingin menurunkan berat badan. Saya tidak menyarankan para ibu menyusui ikut-ikutan diet ala teman yang berhasil seperti di media social sebab tidak semua orang cocok diet keto, mayo, atau diet mediterania, harus diawasi oleh dokter,” jelas dokter lulusan Universitas Diponegoro itu.
Ilustrasi menyusui. factretriever.com
Jumlah waktu makan yang dianjurkan oleh Grace tetap sama seperti biasanya. Sarapan, makan siang, makan malam, dan dua kali camilan.
“Tidak perlu ada yang dikurangi jumlah waktu makannya, sebab ibu menyusui butuh asupan yang bergizi untuk pemulihan tubuhnya usai persalinan dan Air Susu Ibu (ASI). Jenisnya disesuaikan sesuai kondisi tubuh masing-masing. Selalu pesan saya kepada pasien ibu menyusui yang mau menurunkan berat badan adalah cegah dehidrasi. Mereka itu ibarat dispenser minuman bagi bayinya, tinggal buka langsung diminum,” papar Grace.
“Kekurangan mineral juga bisa berdampak pada kualitas ASI. Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui lebih tinggi daripada ibu hamil, sekitar 3,5 liter. Saya juga menyarankan untuk mengurangi minuman berkafein seperti teh dan kopi. Soda juga karena membuat cairan banyak keluar, jadi mudah dehidrasi nantinya,” tutur Grace.
Baca juga:
6 Mitos Menyusui dan MPASI, Simak Penjelasan Ahli
Dia pun menyambung penjelasannya, “Bila ada pemakaian injeksi atau obat yang dikonsumsi saat perawatan penurunan berat badan, dilakukan setelah bayi berusia enam bulan saja. Di usia itu, bayi sudah mendapatkan makanan pendamping ASI. Mereka tidak menjadikan ASI sebagai sumber makanan utamanya. Sebab ada kandungan zat kimia dalam injeksi dan obat yang harus dihindari masuk ke dalam pembuluh darah yang juga mengalir ke payudara.”
Aktivitas fisik yang disarankan oleh Grace adalah olahraga rutin 2-3 kali dalam seminggu selama 20-30 menit bisa jalan pagi di depan rumah, taman, ataupun yoga.
“Tidak cuma bisa andalkan pola hidup sehat dan perawatan dokter untuk hasil yang bertahan lama. Ibu menyusui juga harus rutin bergerak agar semua fungsi organnya maksimal. Ibarat orang main mobil-mobilan, supaya bisa bergerak cepat, rodanya harus sering diputar. Sama halnya dengan cara mengembalikan metabolisme tubuh dari ibu hamil menjadi ibu menyusui,” paparnya.