CANTIKA.COM, Jakarta - Kebersihan miss v menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perempuan Indonesia. Apabila tidak dirawat dengan baik, daerah sensitif tersebut dapat memicu berbagai permasalahan kesehatan reproduksi di antaranya keputihan.
CANTIKA.COM, Jakarta - Berdasarkan jurnal Skala Husada volume II di tahun 2014 diungkapkan bahwa 75 persen perempuan Indonesia pernah alami keputihan minimal sekali dalam hidupnya. Sedangkan dari data WHO 60 persen perempuan dan remaja mengalami keputihan pada rentang usia 15 – 22 tahun. Sedangkan pada usia 23-45 tahun berpeluang keputihan mencapai 40 persen.
Baca Juga:
Baca juga: Keputihan Berkepanjangan, Awas kanker Serviks
Ginekolog Estetika Dinda Derdameisya mengatakan penyebab keputihan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. "Kalau internal bisa datang dari pubertas, ketidakseimbangan hormon, fase menstruasi, hingga kehamilan. Kondisi itu semua bisa memicu kelembapan tinggi di area kewanitaan. Bila kita tidak memperhatikan kebiasaan eksternal, seperti menjaga kebersihan saat lembap itu berpeluang besar memicu keputihan,” ujar Dinda dalam peluncuran Andalan Feminine Care di Kaum Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu 13 Maret 2019.
Salah satu faktor eksternal yang memicu terjadinya keputihan pada anak di masa pubertas adalah pemakaian busana berlapis-lapis dan tidak cepat mengganti pakaian dan pakaian dalam usai beraktivitas ataupun berolahraga.
Baca Juga:
Begitu pula dengan kondisi ibu hamil. “Setiap bulan berat badan ibu hamil semakin bertambah bisa memicu membesarnya ukuran paha, sehingga mempersempit sirkulasi udara di bawah sana. Sama halnya saat menstruasi, area luar vagina kita terus-menerus berhadapan dengan pembalut. Kalau tidak rajin ganti pembalut dan lalai membersihkannya bisa menyebabkan iritasi, gatal hingga keputihan,” tukas dr Dinda.
Lebih lanjut Dinda mengingatkan bagi perempuan yang bekerja lembur hingga larut malam. Banyak menghabiskan waktu dengan duduk dalam waktu lama, juga bisa memicu timbulnya keputihan. Terutama bila higienitas organ kewanitaannya tidak terjaga dan enggan mengganti pakaian dalam selama satu hari penuh. "Hindari pemakaian pantyliner atau pembalut bila tidak sedang haid ini bisa memicu kelembapan tinggi," ujarnya.
Jika perempuan sudah aktif secara seksual mengalami keputihan, diobati, kemudian kambuh keputihan lagi, perlu diperhatikan faktor pasangan. “Harus diketahui pola berhubungannya dan bagaimana pasangannya. Ping pong fenomenal ini yang kerap diabaikan oleh perempuan aktif seksual saat keputihannya berulang-ulang. Kemungkinan ada faktor dari pasangan, jadi saya selalu meminta pengobatan berdua dengan pasangannya,” pungkas dr. Dinda.