CANTIKA.COM, Jakarta - Perundungan di dunia maya atau cyber bullying lebih mempengaruhi remaja dibandingkan perundungan biasa. Hal itu dikarenakan perundungan dunia maya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja sepanjang pelaku atau korban memiliki akses terhadap internet.
Pendapat itu dikemukakan oleh Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agustina Situmorang.
"Berbeda dengan perundungan biasa, yang terjadi hanya di waktu dan tempat tertentu, misalnya di sekolah. Setelah anak pulang dari sekolah maka perundungan tidak terjadi lagi," kata Agustina.
Artikel lain:
Kiat Perangi Hoax dan Cyber Bullying versi Miss Internet 2017
Perundungan dunia maya juga menyebar lebih cepat, luas dan masif di kalangan teman sebaya korban atau pelaku. Sering kali, pelaku menggunakan nama samaran saat melakukan perundungan sehingga sulit dilacak dan diintervensi oleh orang dewasa.
Agustina mengatakan usia remaja merupakan usia rentan karena mereka memasuki masa transisi dari anak menuju dewasa.
"Pada masa ini terjadi terlalu banyak perubahan di diri remaja. Mereka mengalami pubertas, kemudian secara psikologis dan sosial juga mengalami perubahan sehingga memberi dampak
tidak nyaman dan kebingungan di dalam diri mereka," katanya.
Baca juga:
Kasus Justice for Audrey, Tanda Anak Menjadi Pelaku Bullying
Karena ingin dianggap dewasa, remaja cenderung menjauh dari pengaruh orang tua dan lebih dekat dengan teman sebaya yang lebih mereka percayai. Padahal, remaja yang tidak memiliki hubungan emosional yang baik dengan orang tua akan lebih sering menjadi korban atau pelaku perundungan, kata Agustina.
Pengaruh globalisasi melalui kemajuan teknologi ternyata membuat komunikasi orang tua dan remaja menghadapi tantangan yang lebih besar. Orang tua diharapkan dapat lebih aktif dalam berinteraksi dengan remaja dan berusaha untuk mendengar meskipun adakalanya bertentangan dengan pandangan orang tua.