CANTIKA.COM, Jakarta - Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Agustina Situmorang, mengatakan remaja cenderung tidak menceritakan masalah perundungan siber atau cyber bullying kepada orang tua. Mereka merasa lebih nyaman bercerita mengenai perundungan kepada teman sebaya.
"Remaja cenderung merasa reaksi orang tua terlalu berlebihan dan tidak memberikan solusi jika mereka bercerita tentang perundungan," kata Agustina.
Baca juga:
Dianggap Terlalu Kurus,Karina Nadila Niab Jadi Korban Bullying
Selain itu, mereka menganggap orang tua kurang paham mengenai dunia digital dan tidak dapat melindungi dari risiko kehidupan daring. Menurutnya, perbedaan karakter dan pola komunikasi ayah dan ibu juga mempengaruhi hubungan remaja dengan orang tua.
Sebagian remaja cenderung melihat ayah sebagai sosok yang otoriter dan sedikit berbicara sedangkan ibu adalah sosok yang lebih demokratis. Guna menghindarkan anak dari perundungan siber, menurut Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Aulia Hadi, orang tua dituntut untuk memahami kebutuhan anak sesuai dengan usia dan perkembangan zaman.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia 2017, pengguna internet kelompok usia remaja (13-18 tahun) mencapai 24 juta atau sekitar 16,68 persen dari total pengguna internet di Indonesia.
"Sayangnya, keterampilan teknis anak mau pun remaja dalam mengakses internet dan beragam media digital belum sejalan dengan kemampuannya mengaproriasi teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup, termasuk proses belajar," katanya.
Artikel lain:
Kenali Tanda Anak Menjadi Korban Bullying