CANTIKA.COM, Jakarta - Jika Anda Ibu baru atau sedang hamil, atau bahkan hanya berpikir untuk memulai sebuah keluarga, Anda mungkin pernah mendengar setidaknya sedikit tentang depresi usai persalinan. Tetapi yang sering disorot dalam pembicaraan seputar kesehatan mental ibu adalah komponen kecemasan usai persalinan.
Baca juga: Risiko Hamil dan Melahirkan di Usia Matang
Kecemasan usai persalinan mempengaruhi sekitar 15 persen wanita, meskipun jumlah itu sedikit berbeda dalam penelitian ilmiah. Ini menunjukkan bahwa itu sama biasa dengan PPD, yang telah terbukti memengaruhi 10 hingga 20 persen ibu baru. Tetapi kecemasan dan depresi usai persalinan sangat terkait.
Secara historis, para ahli medis menggunakan "depresi usai persalinan" sebagai istilah umum untuk sejumlah gangguan mood yang dapat terjadi pada periode usai persalinan, termasuk gangguan obsesif kompulsif (OCD), psikosis, dan kecemasan, jelas Shelly Orlowsky, PsyD, seorang psikolog klinis berlisensi yang berspesialisasi dalam gangguan mood dan kecemasan perinatal.
Mungkin hal ini membingungkan bagi beberapa wanita yang merasa cemas selama atau setelah kehamilan tetapi tidak merasa gejala depresi. Tidak ada diagnosis satu ukuran untuk semua, tetapi dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang membedakan kecemasan dan depresi usai persalinan serta bagaimana mereka tumpang tindih merupakan langkah penting menuju mendapatkan perawatan kesehatan mental yang tepat pada periode perinatal.
Selanjutnya perbedaan baby blues dan depresi usai melahirkan Halaman