CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami susah tidur di malam hari. Bahkan sampai akhirnya merasa lesu saat pagi tiba. Mungkinkah ini yang disebut insomnia?
Di saat orang lain memanfaatkan malam hari untuk beristirahat, Anda justru tidak bisa memejamkan mata. Tapi, Anda tidak sendiri, setiap tahunnya di Amerika saja, ada 40 juta orang yang mengalami susah tidur di malam hari dan berakhir menjadi insomnia. Ini merupakan masalah tidur paling umum terjadi.
Baca juga: Aman atau Tidak Menutup Mulut dengan Selotip saat Tidur?
Membedakan susah tidur biasa dengan insomnia gampang-gampang susah. Namun Anda bisa mengidentifikasinya dengan mengenali lebih jauh apa itu insomnia. Secara umum, insomnia bisa terjadi karena dua penyebab.
Pertama, insomnia akut yang bisa terjadi hanya satu malam atau berminggu-minggu. Biasanya hal ini terkait dengan peristiwa yang menyebabkan stres akut seperti kematian orang terdekat. Kedua, insomnia kronis. Masalah tidur yang lebih serius ini terjadi ketika Anda merasakan gangguan tidur setidaknya selama tiga malam setiap minggunya dan berlangsung selama tiga bulan.
Cara membedakan insomnia dengan susah tidur malam biasa bisa diketahui dari gejala-gejala seperti sulit tertidur, terbangun di malam hari dan sulit kembali tidur, kelelahan dan tidak berenergi, tidak bisa menjalankan fungsi kognitif seperti mengingat dan berkonsentrasi, masalah mood, serta tidak maksimal saat di kantor atau sekolah.
Lebih jauh lagi, hal yang bisa membedakan insomnia dengan susah tidur malam biasa selain frekuensinya adalah pemicunya. Ada beberapa pemicu yang bisa menjadi dasar mengidentifikasi insomnia, di antaranya depresi, rasa cemas berlebihan, gaya hidup yang kerap bekerja sampai larut malam, tidur siang terlalu lama di siang hari, konsumsi alkohol, kafein, atau nikotin, serta masalah medis sinus, GERD, asma, parkinson, low back pain.
Selain itu, insomnia juga bisa menjadi gejala untuk masalah tidur yang lebih kompleks. Misalnya sindrom restless legs, ketika seseorang merasa tidak nyaman menggerakkan kaki dan memburuk saat malam hari. Akibatnya, sulit untuk bisa beristirahat dengan tenang. Insomnia juga bisa menjadi alarm terjadinya sleep apnea yaitu saat saluran pernapasan seseorang seakan tertutup saat tidur.
Apabila gejala yang dirasakan masih saja terasa ambigu antara susah tidur malam dengan insomnia, coba telisik lebih jauh beberapa kondisi berikut ini:
#Suasana tidak kondusif untuk tidur
Tidak selamanya orang susah tidur malam berarti insomnia. Terkadang mereka hanya susah tidur karena susana yang tidak kondusif. Contohnya masih ada cahaya lampu, kamar yang gerah, hingga melihat ponsel atau televisi sebelum tidur.
#Rule of 3
Ketika perlu waktu lebih dari 30 menit untuk terlelap; seseorang terbangun lebih dari 3 kali dalam semalam; berlangsung lebih dari 3 kali per pekan dan selama 3 minggu berturut-turut, itu adalah insomnia.
Apabila susah tidur malam hanya berlangsung sesaat, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup ketahui penyebabnya dan berupayalah mengubahnya. Namun jika yang terjadi adalah susah tidur malam dalam jangka waktu lebih panjang, segera konsultasikan kepada pakarnya.