CANTIKA.COM, Jakarta - Anemia adalah kondisi jumlah dari sel darah merah dan hemoglobin di dalam tubuh di bawah normal. Hemoglobin merupakan jenis protein yang membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Salah satu komponen penting pembentuk haem pada hemoglobin (Hb) adalah zat besi.
“Anemia banyak jenisnya mulai dari anemia fisiologis yang terjadi pada ibu hamil, anemia defisiensi zat besi hingga thalasemia. Jenis anemia yang terakhir itu termasuk penyakit genetik dan jumlah sel darah merahnya berlebihan, kebalikan dari anemia pada umumnya,” kata dokter Rini Sekartini spesialis anak dan kandungan di Seminar Edukasi Umum Sangobion di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Juli 2019.
Diungkapkan olehnya, anemia defisiensi zat besi bukanlah penyakit genetik. “Anemia defisiensi zat besi disebabkan karena kekurangan zat besi. Kondisi kekurangan itu ada dua faktornya, asupannya yang kurang zat besi atau pengeluaran zat besinya lebih banyak. Defisiensi besi dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul bersifat permanen dan tidak bisa diperbaiki atau irreversible,” tutur dokter Rini.
Prof.Dr.dr Rini Sekartini, Sp.A(K) di acara Seminar Edukasi Umum Sangobion, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Juli 2019. Tempo/Silvy Riana Putri
Lalu, apa saja gejala anemia defisiensi zat besi. Secara kasat mata, pada bayi bisa dilihat dari warna konjungtiva atau lapisan tipis pada mata, wajah, dan telapak tangan seperti putih kapas.
“Untuk menentukan warna putih kapas dari biasanya dibandingkan dengan ibu atau ayahnya yang memiliki Hb normal. Tapi jangan asal menebak juga, bayi yang kedinginan bisa juga raut wajah dan telapak tangannya seperti putih kapas. Yang penting harus dibandingkan dengan orang dengan Hb normal. Lebih baik, lakukan tes Hb di laboratorium untuk hasil pastinya. Apakah anaknya anemia atau bukan,” kata dokter Rini.
Dia melanjutkan, “Kalau bayi sehat ciri khasnya adalah aktif. Dalam artian kalau kita stimulasi, bayi akan merespons. Bayi yang anemia kadang-kadang reponsnya lama dan tidak bergairah. Lesu berkepanjangan.”
Pada remaja dan orang dewasa, gejalanya mirip seperti kehilangan selera makan, sulit fokus, penurunan sistem imunitas, wajah pucat, kunang-kunang, mudah sakit, cepat lelah, dan mengalami gejala 5L (lemah, lunglai, lesu, letih, lemas).