CANTIKA.COM, Jakarta - Di era serba zaman kecanggihan teknologi, sebagian besar anak lebih sering bermain gawai dibandingkan dengan bermain di luar ruangan. Salah satu sebabnya adalah karena tidak ada persahabatan dalam keluarga. Orang tua sibuk sehingga tidak ada waktu untuk keluarga.
Demikian diungkapkan pemerhati anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto, usai menjadi pembicara pada kegiatan Indonesia Millennial Teacher Festival 2019 di Padang Aro, beberapa waktu lalu. Menurut Kak Seto, untuk menghindari anak bermain gawai harus ada imbangan suatu kegiatan lain yang tidak kalah menariknya serta orang tua harus sering bercengkrama dengan anak di rumah.
Dia mengatakan sekarang ini anak-anak sudah dikepung oleh gawai dan tontonan televisi sejak kecil sehingga kurang interaksi dengan lingkungan sosial. Kalau melihat tayangan televisi saat ini katanya, didominasi iklan 39,74 persen serta sinetron 30,97 persen dan hanya 0,07 persen konten pendidikan. Untuk itu, orang tua harus bisa mengurangi anak-anak menonton televisi maupun bermain gawai dengan menyediakan waktu lebih banyak berinteraksi dengan anak.
Ia menyebutkan, saat ini pihaknya menggalakkan kembali gerakan nasional Saya Sahabat Anak (Sasana) dan ini sudah disetujui oleh Presiden Joko Widodo. Bahkan katanya, Presiden Joko Widodo melakukan kegiatan bermain, yakni permainan tradisional di halaman belakang Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Ilustrasi anak-anak bermain bersama. shutterstock.com
Selain itu, pihaknya juga sudah memohonkan kepada Kementerian Pendidikan Indonesia agar permainan tradisional dikembangkan di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kegiatan olahraga.
Terkait kurikulum yang diterapkan katanya, perlu dikritisi oleh semua pihak supaya ada masukan, sehingga anak betul-betul mendapatkan suasana belajar yang ramah anak.
Sedangkan bagi tenaga pengajar katanya, harus bisa menciptakan suasana gembira dalam proses belajar mengajar.
"Kunci efektif belajar dalam suasana gembira jadi guru harus kreatif menciptakan hal baru agar anak tertarik," ujarnya. Sebagai contoh katanya, anak-anak akan senang belajar apabila cara mengajarnya dengan nada bagi anak yang gemar menyanyi. Para guru katanya bisa menciptakan lirik lagu yang menarik sehingga anak tertarik dan semangat belajar.
Selain itu katanya, semua anak pada dasarnya unik dan otentik, jadi tidak terbandingkan dan guru harus memahami kemampuan anak secara individu. "Ada anak yang pintar dalam berhitung, tetapi ada juga yang lebih unggul dalam bercerita. Oleh karena itu, guru harus melihat potensi anak secara individu," ungkap Kak Seto.
ANTARA