CANTIKA.COM, Jakarta - Disfungsi seksual masih menjadi hal yang tabu dibicarakan. Selain itu, banyak perempuan yang merasa tidak mempermasalahkannya.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta tahun lalu menemukan bahwa 90 persen dari 300 perempuan yang disurvei pernah mengalami disfungsi seksual. Namun, hanya 6 persen dari para perempuan tersebut yang merasa terganggu akibat disfungsi seksual yang dialaminya.
Grace Valentine, spesialis kandungan di Bamed Women's Clinic menjelaskan secara umum, disfungsi seksual merupakan ketidakmampuan menikmati hubungan badan secara penuh. Gangguan ini merupakan masalah yang terjadi selama fase siklus respons seksual yang menghambat individu atau pasangan untuk mengalami kepuasan dalam kegiatan seksual.
Ada empat kelompok besar disfungsi seksual, yaitu gangguan libido atau hasrat seksual, gangguan orgasme, gangguan rangsangan seksual, dan nyeri saat bercinta.
Baik perempuan maupun lelaki dapat mengalami disfungsi seksual. Penelitian di berbagai negara menunjukkan disfungsi seksual merupakan hal yang umum, diperkirakan diderita oleh 43 persen perempuan dan 31 persen pria.
"Seorang perempuan bisa mengalami satu atau beberapa jenis disfungsi seksual sekaligus dalam waktu bersamaan. Gangguan ini dapat terjadi sejak wanita muai aktif secara seksual," katanya.
Ada lima faktor yang menjadi penyebab disfungsi seksual
1. Kondisi fisik seperti gangguan pada organ genitalia, bekas operasi, akibat penyakit tertentu, atau efek samping obat-obatan tertentu.
2. Faktor psikologis yang disebabkan stres dan kecemasan.
3. Faktor hormonal yang dialami saat hamil, setelah melahirkan dan selama menyusui.
4. Perubahan gaya hidup seperti pola makan buruk, jarang berolahraga, merokok, minum alkohol dan lain-lain.
5. Kualitas hubungan dengan pasangan yang menurun akibat konflik tertentu.
Grace menegaskan yang harus digarisbawahi oleh penderita disfungsi seksual adalah keberanian berbicara dengan pasangan mengenai hal ini. Selanjutnya, konsultasikan dengan dokter yang memahami disfungsi seksual. Selama ada kesadaran akan hal itu, baik disfungsi seksual maupun vagisnismus memiliki peluang untuk disembuhkan.