CANTIKA.COM, JAKARTA - Terpilihnya sosok Jesica Fitriana Martasari sebagai 2nd Runner-up Miss Supranational 2019 yang digelar di Polandia beberapa waktu lalu menambah deretan perempuan Indonesia berprestasi di kancah Internasional.
Ditemui Tempo.co di kantor Graha Mustika Ratu Jakarta pada Rabu 18 Desember 2019, Jesica yang saat itu tampil formal dengan setelan blazer hitam dan stiletto, mengaku dirinya sosok anak rumahan yang jauh dari ingar bingar panggung popularitas.
Jika kembali ke masa kecil, Jesica pernah memimpikan menjadi seorang princess seperti para idolanya di cerita Disney Princess yang anggun nan jelita.
"Aku tuh suka Disney Princess dari kecil ingin menjadi mereka, emang dasarnya suka banget sama mereka. Aku selalu membayangkan pakai baju seorang putri dan berpikir bisa enggak ya suatu saat nanti jadi putri," ucap perempuan kelahiran 31 Maret 1995 ini antusias.
Perempuan berdarah campuran Pakistan dan Indonesia ini tak mau impiannya hanya sebatas di alam pikiran, ia berupaya mewujudkannya.
"Akhirnya selesai kuliah dan sempat kerja sebentar, aku memberanikan diri mendaftar Puteri. Alasannya kenapa nunggu lulus karena aku gak mau mengganggu studi yang lagi berjalan. Tahun pertama, aku gagal mewakili Jawa Barat, baru jadi first runner- up," ucap lulusan cum laude tiga tahun jurusan Bisnis Manajemen di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Tak menyerah, di tahun selanjutnya pada 2019 setelah mempersiapkan diri lebih matang, Jesica mendaftar lagi dan usahanya tak sia-sia. Ia terpilih jadi perwakilan Jawa Barat di ajang Puteri Indonesia 2019, kemudian menjalani karantina pembekalan. Dalam ajang Puteri Indonesia 2019, Jesica Fitriana meraih posisi runner up 2, sehingga ia dinobatkan sebagai Puteri Indonesia Pariwisata 2019.
Puteri Indonesia Pariwisata 2019 yang juga Juara 3 Miss Supranational 2019, Jesica Fitriana. TEMPO/M Taufan Rengganis
"Alhamdulillah masuk menjadi tiga besar Puteri Indonesia 2019 dan diberi kesempatan ikut kontes Miss Supranational," ucapnya penuh syukur.
Rasa syukur yang tak henti dipanjatkannya, sebab ia merasa bukanlah sosok putri yang jadi role model banyak orang selama ini. "Aku tuh cuma anak rumahan dan kuliahan biasa, gak bisa ngomong depan umum saking paniknya sampai pernah demam panggung, terus gak bisa jalan di catwalk kaku banget kayak robot," ungkap Jesica.
Namun, kendala yang dialami tak menyurutkan tekadnya dengan memberikan proses terbaik. Selama masa karantina delapan bulan, ia banyak belajar mengembangkan potensi dirinya sehingga jadi terbiasa.
Bagi Jesica masuk dalam tiga besar di ajang internasional sekelas Miss Supranational baginya menjadi bonus, sebab tugas utamanya justru saat bertugas di Indonesia, bagaimana bisa menjalankan program dengan baik dan lancar.
"Enjoy every moment, karena sudah mempersiapkan dengan baik. Benar-benar menjalani tanpa merasa punya beban karena sudah melakukan prosesnya sesuai target tinggal kualitas yang ada dalam diri kita keluarkan," tandas Jesica.