CANTIKA.COM, Jakarta - Puteri Indonesia Pariwisata 2019 Jesica Fitriana Martasari terpilih sebagai 2nd Runner-up Miss Supranational 2019 yang digelar di Polandia beberapa waktu lalu. Ditemui Tempo.co di kantor Yayasan Puteri Indonesia, Graha Mustika Ratu Jakarta, pada Rabu 18 Desember 2019, Jesica bercerita mengenai salah satu goals penting dalam hidupnya setelah masa tugasnya berakhir.
Jesica ingin membuat sebuah yayasan yang concern pada kebutuhan anak-anak dengan human immunodeficiency virus atau HIV. "Aku pengin banget punya foundation untuk mewadahi anak-anak yang terlahir dengan virus HIV. Nantinya anak-anak bisa terjamin baik kehidupan sehari-hari maupun pendidikan," ucap perempuan kelahiran 31 Maret 1995 ini.
Jesica yang saat itu tampil formal dengan setelan blazer hitam dan stiletto, bercerita awal mula dia jatuh hati pada anak-anak tersebut, sekitar dua tahun lalu saat ia diundang acara buka puasa bersama dengan anak-anak dengan HIV/AIDS di tahun 2019.
"Aku nggak nyangka anak-anak kecil terkena HIV, mereka lucu-lucu dan saat itu aku melihat mereka begitu ceria meski memiliki penyakit yang sampai sekarang masih kerap dipandang sebelah mata," kata alumnus Institut Teknologi Bandung jurusan bisnis dan manajemen ini.
Puteri Indonesia Pariwisata 2019 yang juga Juara 3 Miss Supranational 2019, Jesica Fitriana. TEMPO/M Taufan Rengganis
Usai menatap kepolosan anak-anak tersebut, Jesica terpikir apa yang bisa ia lakukan untuk membantu mereka. Tanpa pikir panjang Jesica yang memang menyukai anak-anak ini langsung mendaftar di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Bogor.
"Aku selalu bilang sama mereka siap jadi relawan jika mereka ada agenda. Hampir tiap bulan bikin acara sama mereka, sekadar jalan-jalan atau memberi bahan pokok," ungkapnya penuh haru.
Tidak hanya materi, Jesica juga memberikan stimulasi dan edukasi agar anak-anak tetap percaya diri.
"Aku beri support dukungan dan kasih sayang karena mereka kebanyakan sudah kehilangan orang tua. Aku juga selalu bilang sama anak-anak dalam keadaan apa pun harus percaya diri karena kalau bukan mereka yang berjuang, siapa lagi?" ucap Jesica.
Terlebih soal pendidikan mereka masih banyak terkena diskriminasi dari lingkungan sekitar, tidak jarang mereka ditolak di sekolah yang mereka mau lantaran HIV. "Support yang kami lakukan mencari sekolah yang bisa menerima apa adanya dan mau menjaga rahasia riwayat penyakit dari orang-orang," tukas ia.
Saat ini Jesica mendampingi sekitar 49 anak. Ia berharap kelak salah satu mimpinya membuat rumah yang nyaman untuk mereka bisa terwujud. "Tak ada anak-anak yang ingin terlahir dengan HIV/AIDS, mereka tidak bisa memilih. Tapi kita bisa melakukan sedikit untuk mereka," tandas ia penuh haru.