CANTIKA.COM, Jakarta - Minuman bubble tea kerap mewarnai sudut pusat perbelanjaan hingga perumahan di daerah perkotaan Indonesia selama beberapa tahun belakangan. Selain rasanya yang manis, tekstur kenyal dari bola-bola warna hitam atau boba juga menjadi daya pikat. Bila Anda baru sebatas menikmati, yuk, telusuri sejenak asal usul minuman tersebut.
Menyebut bubble tea tak bisa mengabaikan nama Chen Shui Tang dari Taichung, Taiwan. Chen Shui Tang adalah kedai teh yang pertama kali mempopulerkan buble tea pada akhir 1980-an. Mulanya, sejak berdiri puluhan tahun silam, pendirinya Liu Han-chien fokus menjual teh oolong berkualitas.
Dari kedai teh Chen Shui Tang ini keajaiban bermula. Dalam sebuah artikel di South China Morning Post (18/6/2019) bertajuk “History of Bubble Tea: How Boba Born of a Staff Competition in Taiwan, Became a Global Phenomenon”, dikisahkan bubble tea sudah ada sejak 1987
Ide awalnya memang hanya segelas teh susu dingin. Liu si pemilik kedai Chen Shui Tang ingin mengubah cara orang menikmati teh susu. Caranya, ia memasukkan teh susu tradisional dan es ke dalam cocktail shaker alias gelas pengocok.
Tak disangka anak-anak muda menggemarinya, meskipun kalangan penikmat teh susu konservatif mengolok-olok kreasi Liu.
Meskipun belum diisi boba, minuman kreasi itu laris manis, bisa diminum kapan saja, terutama oleh lidah generasi muda yang gemar es tak peduli siang malam di musim hujan atau kemarau.
Baca Juga:
Bubble Tea yang disuguhkan di Chun Shui Tang Cultural Tea House di Taichung, Taiwan. Di kedai teh inilah minuman unik bubble tea diciptakan. (shutterstock.com)
"Ini semacam revolusi dalam sejarah minum teh Cina, karena disajikan dingin dan masyarakat penggemar teh menyebut kami gila. Tetapi anak-anak muda sangat menyukainya," ujar putri Liu, Angela Liu Yen-Ling.
Bubble tea baru muncul di kedai Chen Shui Tang pada 1987. Awalnya, Angela menantang para pegawai kedai untuk menciptakan kreasi minuman teh, agar sejarah teh susu dingin terulang dalam versi lain. Diam-diam manajer kedai teh, Lin Hsiu-hui menambahkan fen yuan atau mutiara tapioka yang biasanya menjadi makanan penutup ke dalam teh susu dingin itu.
Lin iseng-iseng menjualnya, dan laris. Sepekan menjualnya diam-diam, ia memberi tahu Angela dan mengikutkan menu itu ke dalam lomba, "Awalnya ia tidak memberi tahu ayahku, ia benar-benar menguji coba langsung pada beberapa pelanggan dan mereka menyukainya," ungkap Angela.
Akhirnya racikan Lin ini dipilih dan dimodifikasi kembali. Mutiara tapioka ini diolah kembali dengan karamel gula merah dan susu, lalu disebut sebagai black pearl atau mutiara hitam, merujuk pada bentuk boba.
Dari Taiwan, bubble tea menjalar ke seluruh dunia. Dan menjadi minuman favorit kaum milenial. Paduan rasa teh, buah, dan susu bercampur boba ternyata banyak disukai, karena sensasi segar, nikmat, manis, dan sedikit mengenyangkan.