Sanna Mirella Marin terutama mendapat tekanan dalam isu anak-anak dan perempuan asal Finlandia bekas anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di kamp pengungsian di Al-Hawal, Suriah. Pada Senin, 16 Desember 2019, Marin menyatakan anak-anak Finlandia akan direpatriasi sesegera mungkin, tapi tidak dengan para ibu mereka. Menurut dia, kasus para ibu itu akan ditimbang satu per satu oleh pejabat yang berwenang atas kemungkinan risiko keamanan yang dihadapi mereka bila pulang. Oposisi menganggap rencana semacam itu belum menjawab semua masalah para bekas anggota ISIS tersebut.
Selain ditekan oleh masalah ISIS, Sanna Mirella Marin akan berhadapan dengan sejumlah persoalan lain. Ini termasuk kampanye agar negerinya bebas karbon pada 2035 serta menaikkan pendapatan dan pajak untuk memperbaiki layanan bagi orang lanjut usia.
Sanna Mirella Marin menyadari tantangan yang dihadapinya, terutama dari oposisi, yang mulai mengajukan hak interpelasi atas isu anak-anak di kamp Suriah. Dia mengatakan tugas pertamanya sebagai perdana menteri adalah membangun kembali kepercayaan lintas partai dalam koalisinya. "Kami masih berkomitmen pada program kebijakan umum dan itulah perekat yang menyatukan kami sebagai pemerintah,” katanya. "Jalan pemerintahan tidak mudah. Tidak apa-apa. Saya telah membuktikan kemampuan saya."
IWAN KURNIAWAN (POLITICO, YLE, NATIONAL POST, BBC, HELSINGIN SANOMAT)
Halaman