CANTIKA.COM, Jakarta - Anda tentu pernah mendengar atau melihat nama bahan tertentu di kemasan makanan, seperti monosodium glutamate atau MSG, asam benzoat, atau tartrazin. Nama-nama tersebut adalah jenis dari zat aditif pada makanan, atau biasa dikenal sebagai bahan tambahan pangan.
Zat ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pangan, baik secara rasa, tampilan, tekstur, dan masa kadaluarsanya. Pada umumnya, zat aditif pada makanan yang beredar di pasaran sudah dipastikan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), namun tetap harus diperhatikan ketepatan penggunaannya dan batas aman yang bisa dikonsumsi oleh tubuh.
Berikut adalah jenis-jenis zat aditif pada makanan, baik yang alami atau dibuat dari bahan kimia.
1. Zat pemanis
Sesuai namanya, zat pemanis digunakan untuk memberi rasa manis pada makanan dan minuman. Pemanis buatan ini terbuat dari bahan kimia, dan mampu menghasilkan rasa manis yang jauh lebih terasa ketimbang gula pasir biasa, yaitu ratusan hingga ribuan kali lipat lebih manis.
Baca Juga:
Beberapa jenis pemanis buatan, seperti aspartam dan sakarin, mengandung rendah kalori sehingga ada kemungkinan menyebabkan tubuh menjadi lebih lapar ketimbang mengonsumsi gula biasa. Selain itu, ada beberapa jenis pemanis buatan lainnya yang dinyatakan aman untuk digunakan, yaitu asesulfam-K, siklamat, sukralosa, dan neotam.
Meskipun aman, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa beberapa pemanis buatan dapat menyebabkan efek negatif, seperti sakit kepala, depresi, dan kejang, pada beberapa orang yang dianggap lebih sensitif terhadap zat ini. Untuk menghindarinya, Anda bisa memilih makanan dengan pemanis alami, seperti stevia, silitol, atau sorbitol.
2. Zat perisa
Rasa adalah hal paling penting dari suatu makanan. Untuk menghadirkan sensasi rasa pada lidah, terkadang zat perisa ditambahkan pada makanan untuk memperkuat atau menciptakan rasa tertentu yang diinginkan.
Zat perisa makanan meniru rasa yang identik dari suatu makanan. Pada makanan ringan, biasanya perisa seperti perisa buah-buahan, susu, cokelat, dan semacamnya ditambahkan untuk menguatkan rasa dan aroma dari makanan dan minuman tersebut.
Salah satu jenis zat perisa yang populer adalah MSG atau yang biasa kita sebut mecin. MSG adalah contoh paling umum dari zat aditif yang dikenal memberikan rasa gurih pada makanan.
Terlepas dari kontroversi penggunaannya yang sering dianggap sebagai bahan tidak sehat, MSG ternyata aman untuk dikonsumsi. Hanya saja, ada sekelompok orang yang peka terhadap bahan ini dan perlu mempertimbangkan jumlah konsumsinya.
Jumlah konsumsi MSG yang disarankan adalah tidak lebih dari 5 mL atau setara satu sendok teh per kilogram porsi makanan.
Apabila Anda menginginkan zat perasa yang lebih alami, Anda bisa menggantinya dengan pasta tomat, keju, atau kaldu jamur karena glutamat secara alami diproduksi dalam jumlah yang tinggi pada bahan-bahan tersebut.
3. Zat pewarna
Pewarna makanan adalah zat kimia yang dikembangkan untuk meningkatkan penampilan makanan dengan memberi warna buatan. Beberapa pewarna buatan yang diizinkan, namun dibatasi penggunaannya, yakni kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, tartrazin, ponceau, eritrosin, merah allura, indigotin, hijau FCF, cokelat HT, dan biru berlian FCF.
Anda harus berhati-hati jika makanan Anda mengandung zat aditif dengan jenis rhodamin B atau metanil yellow. Dua pewarna ini biasanya memberikan warna terang berwarna kuning hijau atau biru yang menyolok pada makanan.
Zat aditif pada makanan ini dilarang untuk ditambahkan pada makanan karena diduga dapat menyebabkan kanker, iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, dan tekanan darah rendah. Oleh karena itu, berhati-hatilah pada makanan atau minuman dengan warna yang terlalu menyolok.
Sebagai alternatif dari zat pewarna sintetis di atas, Anda bisa memilih makanan dengan zat pewarna alami, seperti kurkumin, riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman, beta-karoten, antosianin, titanium dioksida, ekstrak anato, karotenoid, dan merah bit.
4. Zat pengawet
Zat pengawet ditambahkan untuk memperpanjang masa simpan makanan. Pengawet makanan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu antioksidan dan antimikroba. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau mencegah kerusakan makanan dengan mekanisme oksidatif. Sementara, agen antimikroba menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen dalam makanan.
Jenis-jenis pengawet yang lazim digunakan dan sudah dinyatakan aman, yakni asam benzoate, asam sitrat, asam propionate, belerang sorbetes, dan lainnya. Akan tetapi, Anda tetap perlu memerhatikan batas wajar penggunaan zat aditif pada makanan ini, agar tidak berbahaya bagi tubuh Anda
Zat pengawet yang dilarang ditambahkan di makanan adalah formalin dan boraks karena dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan berat pada alat pencernaan, memicu sakit jantung, serta akan merusak sistem saraf. Selain zat pengawet kimiawi, garam dapur, gula pasir, cuka apel, bawang putih dan kluwak juga dapat berfungsi sebagai zat pengawet alami yang bisa Anda tambahkan pada makanan.
Dengan memahami berbagai zat aditif pada makanan di atas, diharapkan Anda bisa lebih bijak dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi demi kesehatan tubuh Anda. Apabila Anda mengalami gejala tertentu usai mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif seperti di atas, konsultasikan masalah Anda kepada dokter.