CANTIKA.COM, Jakarta - Virus corona atau coronavirus menjadi salah satu wabah penyakit yang menjadi perhatian saat ini. Virus corona diketahui muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir 2019.
Mengutip situs The Guardian, virus corona telah tersebar di 17 negara dan menginfeksi 1.700 orang. Sebanyak 170 orang dilaporkan meninggal. Di Indonesia, kasus virus corona diduga terjadi pada beberapa orang.
Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan ada sejumlah faktor yang membuat masyarakat Indonesia tidak berisiko tinggi mengidap novel coronavirus atau nCov. Salah satu faktor tersebut adalah iklim.
Erlina mengatakan Indonesia memiliki iklim tropis dengan sinar matahari yang sangat menyengat. "Virus akan mati dalam kondisi panas," kata Erlina Burhan dalam acara Info Sehat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kamis, 30 Januari 2020.
Warga menghalau sinar matahari dengan tangannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
"Kalau virus corona berada di udara dan kena panas, harusnya mati. Itulah sebabnya risiko di Indonesia lebih rendah," katanya. Faktor kedua, menurut Erlina Burhan, adalah kebiasaan orang Indonesia yang mengkonsumsi makanan yang tidak neko-neko dan dalam kondisi matang.
Jenis makanan yang tidak neko-neko itu maksudnya adalah pilihan daging yang dominan disantap adalah daging kambing, ayam, ikan, dan sapi. "Berbeda dengan di Cina atau negara Asia lain. Mereka makannya, seperti ular atau kelelawar yang bisa membawa virus corona," kata dia.
Mengenai kebiasaan makan hidangan dalam kondisi matang, Erlina Burhan menjelaskan, sebagaimana sinar matahari yang menyengat, virus juga akan mati jika terkena panas api dalam proses memasak. "Daging yang mentah itu dingin dan virus suka tinggal di sana. Kalau dimasak, kena panas akan mati," ucap dia.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA