CANTIKA.COM, Jakarta - Penggunaan masker di tengah pandemi virus corona baru atau COVID-19 semakin meningkat. Perlu kita ingat bersama World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia mengimbau masker hanya digunakan oleh orang yang sedang batuk atau bersin-bersin, bukan orang sehat. Hal itu pun hanya efektif jika dibarengi kebiasaan cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
Namun Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo, menganjurkan akan lebih baik menggunakan makser saat berada di ruang publik. Ia berkaca pada kebijakan di Singapura dan Jepang yang menganjurkan warganya mengenakan masker, selain menghindari bepergian ke ruang publik.
Berbicara mengenai fungsi masker sebagai antisipasi pencegahan penyakit, dokter kosmetologi Indira P. Tranggono menekankan bijak dalam menggunakan masker.
"Kalau sakit, kita harus melindungi diri supaya tidak menyusahkan orang lain, jadi gunakan saat sakit. Bila ada yang sakit di sekitar kita berikan ke dia. Kalau lagi traveling menggunakan masker karena sirkulasi pertukaran udaranya di dalam pesawat tidak proper," ucap Indira saat ditemui di acara peluncuran buku sang ibu, Retno Tranggono, berjudul Spread the Love di Jakarta, Kamis 12 Maret 2020.
Efek samping pakai masker untuk kulit wajah secara umum memang tidak ada. Namun, bagi kulit sensitif memakai masker bisa memicu jerawat karena wajah kerap ditutup. Indira menganjurkan secara berkala mengganti masker paling tidak enam jam.
"Sebenarnya kulit cenderung tidak mudah berjerawat asalkan kita jaga selalu bersih, baik tanpa atau pakai masker. Jerawat muncul kalau kulit kotor, ada debu dan minyak bersatu menutup pori-pori sehingga timbul jerawat. Kalau kulit senantiasa dicuci enggak menyebabkan jerawat," ucap Indira
Untuk mencegah jerawat, Indira juga menyarankan setiap seminggu dua kali melakukan scrub wajah. Jika kehabisan stok masker sebagai ganti bisa pakai masker dari kain katun untuk mencegah penularan penyakit.
EKA WAHYU PRAMITA