CANTIKA.COM, Jakarta - Ibadah puasa telah diterapkan sejak dahulu kala karena diyakini memberi manfaat bagi kesehatan. Dulu, puasa adalah bagian dari terapi dalam kedokteran kuno, dalam kondisi medis tertentu puasa dianjurkan agar proses penyembuhan lebih cepat. Hal itu disampaikan praktisi gizi Tirta Prawita Sari.
Puasa yang dilakukan selama bulan Ramadan juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh, namun ada syarat yang harus ditaati bila ingin manfaat itu terasa maksimal. "Manfaat metabolik puasa bisa rusak dengan pola konsumsi yang salah," kata Tirta dalam konferensi pers virtual, Rabu 22 April 2020.
Tirta menjelaskan, ketika berpuasa, tubuh akan mencari cadangan energi lain yang selama ini hanya tertimbun.
Hormon-hormon yang bekerja berbeda dari biasanya, penggunaan energi juga berbeda karena mengambil dari sumber lain, yakni glikogen dan jaringan lemak. "Ini baik, ada switch (penggantian) metabolisme," ucapnya.
Metabolisme tubuh yang baik dapat mempengaruhi seluruh status kesehatan, termasuk fungsi kekebalan tubuh. Tapi semua manfaat itu dapat buyar jika pola makan tidak dijaga dengan cara mengolah makanan yang sehat dan kaya gizi.
Makanan yang harus dihindari adalah asupan yang bisa menimbulkan inflamasi, yakni makanan yang digoreng serta gula. Sayangnya, makanan seperti itu lazim berada di atas meja makan ketika orang-orang di Indonesia berbuka puasa.
"Karena puasa Indonesia biasanya gorengan dan minuman manis, dianjurkan tidak dikonsumsi dalam jumlah berlebihan," imbuh dokter Tirta.
Sebagai gantinya, dokter Tirta menyarankan untuk berbuka puasa dengan buah-buahan, termasuk kurma. Tirta pun mengingatkan menghindari makanan berlemak dan makan dalam porsi yang secukupnya selama sahur dan berbuka puasa.